Dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Matius 21:13)
Matius 21:12-17 menceritakan
penyuciaan Bait Allah, di sana Tuhan Yesus membalikkan meja-meja penukar uang
dan pedagang burung. Di Rumah-Nya yang suci, orang-orang mencari untung dengan
menggelar dagang padahal Bait Allah dipergunakan untuk memuliakan Tuhan, bukan
dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Baru-baru ini, saya mendengar
khotbah untuk adanya ketidaktulusan jemaat yang beribadah setiap minggunya.
Beberapa dari mereka bisa saja memiliki maksud untuk mendapatkan keuntungan
sendiri. Bahkan sempat ada kesaksian, ada jemaat yang hanya menginginkan berkat
Tuhan saja sehingga datang untuk memuji Tuhan. Namun ketika Tuhan
memberkatinya, dia malah tidak pernah lagi datang untuk memuji Tuhan.
Hari ini, coba periksa hati kita,
apa yang benar-benar ada dalam hati kita. Apakah kita benar-benar datang untuk
mencari Tuhan atau berbisnis atau bahkan mencari pasangan hidup?
Sesungguhnya, mungkin saja dalam
hati kita, ada ‘penyamun’ yang tidak kelihatan dan tanpa kita sadari tengah
menguasai hati sehingga motivasi kita beribadah dan melakukan segala hal-hal
untuk sesama hanyalah untuk kepentingan sendiri semata. Kepentingan itu bisa
seperti: memperlihatkan betapa baiknya kita, mencari relasi, mencari pasangan,
mencari simpati, dan lain sebagainya.
Mungkin dewasa ini, di halaman
Gereja tidak ada lagi penyamun yang menjajakkan dagangannya, tetapi apa kita
yakin bahwa hati kita sendiri bebas dari penyamun yang tidak pernah disadari?
Saya selalu mendengar doa yang
berisi, “murnikan motivasi kami, Tuhan.” Sebenarnya menurut saya, doa itu perlu
kita naikkan agar setiap motivasi ‘egois’ tidak lebih besar daripada motivasi
murni kita untuk mencari wajah-Nya. Sehingga ‘penyamun’ itu pun dapat semakin
kecil dan hilang dari hati kita.
Dan ketika kita berada di hadapan
Tuhan, kita beribadah karena kita mengasihi Tuhan, bukan semata untuk
mendapatkan berkat-berkat Tuhan saja.
Tuhan Yesus memberkati
----
Lily Zhang
No comments:
Post a Comment