“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:37,39)
Firman Tuhan hanya dua hukum
utama dalam kitab taurat yang dapat dibaca dan direnungkan dalam Matius
22:34-40. Firman Tuhan yang sangat singkat tetapi mampu mencakup dua hal
terpenting dan menjadi dasar kasih dan hukum taurat yang Tuhan Yesus ajarkan
kepada kita.
![]() |
http://pixabay.com/en/cross-religion-crucified-church-161021/ |
Di suatu kali, seseorang pernah
bertanya kepada saya, “kamu tau arti salib?” Saya yang saat itu hanyalah
seorang kristiani baru hanya bisa menggeleng dan tidak menemukan jawaban yang
pas, karena saya tahu maksud salib itu bukan sekedar gambaran saat Yesus
Kristus disalibkan.
“Salib yang lurus ke atas itu
menggambarkan hubungan kita dengan Tuhan, sementara yang menyamping itu
menggambarkan hubungan kita dengan sesama. Seperti ada pernah tertulis, pertama
kasihilah Tuhan Allahmu, kedua kasihilah sesamamu. Seperti itu pula saya
mengartikannya,” jawab teman saya itu.
Saya kemudian berpikir, benar
juga penjelasannya itu masuk akal. Hanya dia menjelaskan bahwa alkitab tidak
mengatakan demikian, hanya saja mengilustrasikan demikian, agar setiap kali
melihat salib, kita tidak lupa hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Salib lurus ke atas
Balok yang mengarah ke atas
mengingatkan kita tentang Tuhan yang memiliki otoritas jauh di atas kita. Oleh
karena itu, kita hidup berada di bawah kuasa Tuhan dan kita perlu mematuhi
segala firman dan perintah-Nya. Hidup tetap memandang Tuhan yang berada di atas
kita dan menghormati keberadaan-Nya dengan hidup takut akan murka-Nya.
Salib lurus ke samping
Kita dan sesama itu sama, tidak
ada yang lebih tinggi dan rendah. Oleh karena itu, hal salib mengajarkan kita
untuk saling menghargai tanpa membedakan miskin-kaya dan tua-muda. Kita
diajarkan untuk saling mengasihi seperti kita mengasihi diri sendiri walaupun
setiap orang memiliki sifat dan karakter berbeda yang mungkin saja dapat saling
menyakiti.
Sekarang ini, hubungan seperti
salib yang tulus memang sangat sulit ditemukan, baik hubungan dengan Tuhan yang
sering kita lalaikan seperti tidak menyediakan waktu hanya dua jam untuk
beribadah ke Gereja setiap satu minggu sekali. Ataupun hubungan dengan sesama
yang mulai renggang, semua dibeli dengan materi. Tidak jarang orang-orang yang
tidak memiliki materi dianggap memiliki kasta lebih rendah sehingga mulai
dilecehkan, diremehkan, dan direndahkan. Padahal di mata Tuhan, semuanya diciptakan
serupa dengan-Nya. Hal yang kemudian dibedakan hanyalah ‘pakaian’ rohani yang
sungguh-sungguh mereka pakai.
Sahabat-sahabat yang terkasih,
oleh karena itu bentuk salib ini perlu kita renungkan, tentang bagaimana
hubungan kita dengan Tuhan? Apakah setelah lama bersama Tuhan, kita sudah
bersikap layaknya anak-Nya? Apakah kita sudah benar-benar menjalankan
firman-Nya atau kita seperti perumpamaan anak seorang bapak yang hanya
mengiyakan ketika sang bapak menyuruhnya ke ladang tetapi tidak melaksanakannya?
Atau seperti anak yang mengatakan “tidak” tetapi dia malah melaksanakan apa
yang dikendaki bapaknya?
Kemudian, bagaimana hubungan kita
dengan sesama? Sudahkah kita mengasihi sesama seperti diri sendiri ketika sikap
dan karakter berbeda? Apakah kita hanya memendam kebencian atau ketidak sukaan?
Ataukah kita bagian dari hamba mamon yang hanya melihat daripada apa yang orang
miliki? Periksalah hati kita ketika dalam hati kita mulai berjalan di jalan
yang lebar, berbelok dari jalan kebenaran-Nya. Mungkin tidak ada yang tahu
kedalaman hati kita, tetapi Tuhan yang ada di mana-mana itu sangat memahami
kita. Tidak ada yang tersembunyi.
Tuhan Yesus memlberkati
-----
Lily Zhang
No comments:
Post a Comment