Thursday, December 11, 2014

Bagi saya SALIB itu...



“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:37,39)

Firman Tuhan hanya dua hukum utama dalam kitab taurat yang dapat dibaca dan direnungkan dalam Matius 22:34-40. Firman Tuhan yang sangat singkat tetapi mampu mencakup dua hal terpenting dan menjadi dasar kasih dan hukum taurat yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita.
http://pixabay.com/en/cross-religion-crucified-church-161021/

Di suatu kali, seseorang pernah bertanya kepada saya, “kamu tau arti salib?” Saya yang saat itu hanyalah seorang kristiani baru hanya bisa menggeleng dan tidak menemukan jawaban yang pas, karena saya tahu maksud salib itu bukan sekedar gambaran saat Yesus Kristus disalibkan.

“Salib yang lurus ke atas itu menggambarkan hubungan kita dengan Tuhan, sementara yang menyamping itu menggambarkan hubungan kita dengan sesama. Seperti ada pernah tertulis, pertama kasihilah Tuhan Allahmu, kedua kasihilah sesamamu. Seperti itu pula saya mengartikannya,” jawab teman saya itu.

Saya kemudian berpikir, benar juga penjelasannya itu masuk akal. Hanya dia menjelaskan bahwa alkitab tidak mengatakan demikian, hanya saja mengilustrasikan demikian, agar setiap kali melihat salib, kita tidak lupa hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. 

Salib lurus ke atas

Balok yang mengarah ke atas mengingatkan kita tentang Tuhan yang memiliki otoritas jauh di atas kita. Oleh karena itu, kita hidup berada di bawah kuasa Tuhan dan kita perlu mematuhi segala firman dan perintah-Nya. Hidup tetap memandang Tuhan yang berada di atas kita dan menghormati keberadaan-Nya dengan hidup takut akan murka-Nya.

Salib lurus ke samping

Kita dan sesama itu sama, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah. Oleh karena itu, hal salib mengajarkan kita untuk saling menghargai tanpa membedakan miskin-kaya dan tua-muda. Kita diajarkan untuk saling mengasihi seperti kita mengasihi diri sendiri walaupun setiap orang memiliki sifat dan karakter berbeda yang mungkin saja dapat saling menyakiti.

Sekarang ini, hubungan seperti salib yang tulus memang sangat sulit ditemukan, baik hubungan dengan Tuhan yang sering kita lalaikan seperti tidak menyediakan waktu hanya dua jam untuk beribadah ke Gereja setiap satu minggu sekali. Ataupun hubungan dengan sesama yang mulai renggang, semua dibeli dengan materi. Tidak jarang orang-orang yang tidak memiliki materi dianggap memiliki kasta lebih rendah sehingga mulai dilecehkan, diremehkan, dan direndahkan. Padahal di mata Tuhan, semuanya diciptakan serupa dengan-Nya. Hal yang kemudian dibedakan hanyalah ‘pakaian’ rohani yang sungguh-sungguh mereka pakai. 

Sahabat-sahabat yang terkasih, oleh karena itu bentuk salib ini perlu kita renungkan, tentang bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah setelah lama bersama Tuhan, kita sudah bersikap layaknya anak-Nya? Apakah kita sudah benar-benar menjalankan firman-Nya atau kita seperti perumpamaan anak seorang bapak yang hanya mengiyakan ketika sang bapak menyuruhnya ke ladang tetapi tidak melaksanakannya? Atau seperti anak yang mengatakan “tidak” tetapi dia malah melaksanakan apa yang dikendaki bapaknya?

Kemudian, bagaimana hubungan kita dengan sesama? Sudahkah kita mengasihi sesama seperti diri sendiri ketika sikap dan karakter berbeda? Apakah kita hanya memendam kebencian atau ketidak sukaan? Ataukah kita bagian dari hamba mamon yang hanya melihat daripada apa yang orang miliki? Periksalah hati kita ketika dalam hati kita mulai berjalan di jalan yang lebar, berbelok dari jalan kebenaran-Nya. Mungkin tidak ada yang tahu kedalaman hati kita, tetapi Tuhan yang ada di mana-mana itu sangat memahami kita. Tidak ada yang tersembunyi. 

Tuhan Yesus memlberkati
-----
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment