Thursday, July 31, 2014

Malu dalam Kelimpahan

Tidak menampik segala pemikiran wanita lainnya, saya sendiri sempat menjadi ragu untuk menjadi lebih sukses dari ekspektasi saya. Kenapa? Banyak sekali anggapan bahkan pengalaman pribadi sendiri dimana wanita takut tidak menemukan pasangan hidup karena mengejar karir yang lebih cemerlang.

Betul, mungkin pemikiran orang-orang yang dikurung dalam pikiran 'orang jaman dulu' akan berpendapat sama. Atau pria yang 'takut kalah' oleh wanita yang mungkin kaitannya dengan harga diri mereka. Bukankah itu justru menjadi pemacu demi pengembangan diri yang lebih baik?

Itu pemikiran-pemikiran yang salah. Hanya akan menghambat pengembangan diri tanpa menghasilkan satu hal pun yang berharga. Dalam postingan 'wanita yang bekerja' jelas kalau seorang istri yang cakap juga adalah seseorang yang mampu menopang hidup keluarganya dari hasil keringatnya sendiri.

Tuhan telah menyediakan apa yang kita butuhkan, buat apa takut akan pasangan yang belum kunjung hadir? Dan mengambing-dombakan karir yang mungkin cemerlang di sebagian besar wanita sebagai kesalahan?

Tidak. Karir yang cemerlang untuk seorang wanita tidak datang dengan tiba-tiba tetapi buah dari kerja keras yang harus dihargai. Itu yang telah Tuhan berikan untuk mereka yang berusaha keras. Sebab ada dikatakan Tuhan mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor. Oleh karena itu, di posisi kita seorang wanita dengan karir bagus, dan semakin diangkat. Percayalah itu amanat Tuhan yang perlu kita jaga, bukan kita persalahkan ataupun menolak untuk diangkat.

Tidak setiap wanita bisa memperoleh posisi seperti yang (mungkin) Tuhan ijinkan terjadi. Jadi, jangan pernah takut untuk berkarya sebab jika seorang pria tidak mengerti arti firman Tuhan yang satu ini, tentunya dia akan terus menjadi takut. Sebaliknya, apabila pria itu menerima wanita yang (mungkin) diijinkan lebih sukses darinya, artinya dia memang yang disediakan Tuhan bagi wanita tersebut.


Ulasan Cerita
---

Saya dipercaya oleh Tuhan mendapat posisi yang cukup bagus di perusahaan. Karena anggapan orang-orang sekitar, saya tidak pernah mau mengumbar posisi saya di luar kantor apalagi kalau bertemu dengan orang yamg baru saya kenal.

Bahkan tawaran yang mengangkat saya lebih tinggi selalu saya tolak karena takut dengan masalah pasangan. Berkali-kali. Sehingga beberapa kali sahabat saya yang pria (tidak hanya satu orang) terus mengingatkan bahkan memberikan ayat firman Tuhan untuk saya renungi.

Selama terus menolak, tidak ada sesuatu yang dapat saya peroleh juga. Pasangan yang saya harapkan pun tidak kunjung datang. Saya malah terus gagal. Sepertinya saya memang tidak boleh malu oleh karena berkat Tuhan ini.
Akhirnya, saya mengerti bahwa Tuhan selalu akan mengangkat kita dan bukan menjatuhkan kita. Jika saya terus menolak apa yang Tuhan telah sediakan bagi saya, bagaimana Tuhan bisa mempercayakan perkara yang lebih besar lagi pada saya?

Setelah merenungi, saya kemudian ingin memantapkan rencana di tahun depan dan tidak mau 'terkurung' oleh pendapat orang lain. Saya hanya akan bergumul dengan Tuhan dan menanti jawaban-Nya. Saya tidak akan menolak apa yang Tuhan angkat dan rencanakan bagi saya. Karena saya percaya Tuhan selalu merencanakan yang baik bagi saya.
(Hiden narsum)

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

Wednesday, July 30, 2014

Keterbatasan itu senjata

One of the best videos of inspirational true story: football's dream
http://youtu.be/0AU21M2Lu5o

Lihat, betapa susahnya klub sepak bola ini meraih impian. Mereka hanya bermodal mimpi, tekad, berusaha, dan Tuhan melihat pengorbanan mereka yang tidak sia-sia. Dengan semua keterbatasan yang mereka miliki, Tuhan membentuk karakter, kecerdasan, ide cemerlang, keyakinan, dan menempa tekad mereka untuk terus bertahan. Kesulitan yang pernah mereka lalui bukan pula menjatuhkan mereka namun mengangkat mereka. Bahkan hal tersebut menjadi senjata untuk melawan kompetitornya. Bagaimana hebat Tuhan rancangkan bagi mereka sehingga menjadi klub sepak bola yang dapat menginspirasi banyak orang.
Mereka melakukan bagian mereka dan Tuhan memudahkan jalan mereka untuk dapat berkompetisi dan menginspirasi.
Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

Sunday, July 20, 2014

Doa yang didengar-Nya

Tuhan itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya (Amsal 15:29)
Beberapa waktu lalu, kepahitan perlahan menghitamkan hati ketika saya menaruh rasa kecewa kepada seseorang. Bahkan sahabat saya membenarkan apa yang tengah kurasakan, "iyah, aku melihat kamu mulai menumbuhkan benih kebencian."

Yah, benar. Apalagi itu menjadi kerugian membenci orang-orang yang seharusnya saya kasihi. Mengapa? Sebab mereka adalah orang-orang yang telah menghabiskan lebih dari separuh hidup saya.

Saya menjadi sama dengan orang-orang fasik yang masih memendam kepahitan kepada seseorang. Bagaimana menjadi orang benar yang doanya didengar oleh Tuhan kalau diri sendiri saja belum berlaku benar. Belum berusaha untuk menghilang dan menghapus kepahitan itu sendiri?

Saya mulai bertanya-tanya apakah Tuhan bisa melihat kesungguhan hati saya di setiap doa yang saya panjatkan dengan sungguh-sungguh.

Sepertinya hati yang pahit hanya akan menghitam dan memburamkan kejernihan hati. Bahkan jikalau pun saya berkeinginan mendoakan orang yang membuat hati saya pahit pun, rasanya hanya akan menjadi sia-sia. Bagaimana bisa saya ikhlas mendoakan dia sementara saya masih menyimpan kepahitan terhadapnya?

Hal itu seumpama, saya meminta seseorang melihat dasar danau di saat airnya buram bahkan menghitam. Dia tidak akan bisa melihat sampai ke dasarnya, bahkan untuk melihat setengahnya saja dia akan kepayahan.
Berdoa syafaat apalagi bagi orang yang menyakiti kita merupakan salah satu tindakan "super" yang perlu kita pelajari sehingga kita sendiri tidak hanya meminta berkat buat diri sendiri, tetapi untuk orang lain juga.

Oleh karena itu, perlu menumbuhkan keikhlasan karena pernah disakiti secara fisik ataupun mental. Sebab keikhlasan tidak akan pernah terwujud tanpa "memaafkan" dan "melepaskan" rasa marah, kecewa, dan kesedihan yang merupakan penyebab kita menyimpan kepahitan.

Memang melakukannya bukanlah perkara mudah seperti:

1. Mengakui
"Yah, aku membencinya" merupakan pengakuan yang sangat susah apalagi bagi kita yang selama hidup dengan doktrin 'tidak boleh membenci sesama'. Namun seumpama orang yang sedang sakit, dia harus mengatakan bagian mana saja yang sakit agar dokter dapat mengobatinya. Seperti itu juga, kita harus mengakui apa yang dirasakan hati untuk memperbaiki dan belajar memaafkan orang yang menyakiti kita. Karena selama kita membohongi diri sendiri, kita tidak akan pernah bisa menemukan solusi untuk mengobati perasaan atau hati kita.

2. Berdoa
Paling penting mengakui di hadapan Tuhan dan memohon pengampunannya. Mintalah pemulihan kepada Tuhan yang sanggup mengerjakan segala perkara. Ketika kita bersungguh-sungguh ingin pulih dan lepas dari pendaman kepahitan, Tuhan tidak akan tinggal diam. Dia akan memulihkan sesuai dengan waktu-Nya.

3. Tekad
Kuatkan niat kita untuk berubah dan belajar. Sebab hal yang mudah tidak perlu dipelajari, namun justru sesuatu yang sulit itulah kita perlu belajar. Belajar terus dengan membaca lembaran motivasi atau firman Tuhan, sharing dengan orang yang bisa kita percaya, dan jangan mudah digoyahkan apabila seseorang yang menyakiti kita itu mulai berulah lagi. Jangan mudah terpancing emosi menjadi salah satu tekad kita untuk merubah kualitas iman kita. Sebab, anak-anak Tuhan merupakan anak-anak penuh kasih yang dimampukan untuk berbesar hati dalam memaafkan.

Dengan tiga langkah sederhana namun tentu saja tidak mudah dilakukan, kita diharapkan untuk melepas semua kepahitan agar apapun yang kita lakukan, kita tetap berusaha hidup benar dan berkenan di hadapan Tuhan. Setidaknya, dengan berusaha kita dimampukan untuk memurnikan dan menjernihkan lagi hati yang mungkin telah tercemar oleh kepahitan.

Sehingga, doa itu tidak hanya perlu kesungguhan semata tetapi juga hati yang tulus ikhlas. Untuk berdoa bagi siapapun juga tak lagi menjadi batu sandungan dan kita dimampukan.

Tidak ada yang bisa benar-benar menklaim bahwa dirinya berkenan dan hidup benar di hadapan Tuhan kecuali Tuhan sendiri. Namun apabila kita berusaha melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tidak ada yang pernah sia-sia di hadapan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

Berjuang dalam kesakitan, mengeluh dalam kelimpahan

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)
Saat fisik sedang mengalami kesakitan yang (mungkin) meleburkan daging dan meremukkan tulang. Kemudian hati mulai merasakan kelemahan dan ketidakberdayaan ketika tubuh tidak kunjung pulih. Sehingga hanya air mata yang menjadi jejak di setiap hari-harinya.