Sunday, July 20, 2014

Berjuang dalam kesakitan, mengeluh dalam kelimpahan

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)
Saat fisik sedang mengalami kesakitan yang (mungkin) meleburkan daging dan meremukkan tulang. Kemudian hati mulai merasakan kelemahan dan ketidakberdayaan ketika tubuh tidak kunjung pulih. Sehingga hanya air mata yang menjadi jejak di setiap hari-harinya.

Yah, rasa sakit tidak hanya akan melemahkan tubuh, tetapi juga semangat. Ketika seseorang berada pada ambang kehilangan asa yang tidak mampu dijanjikan pengobatan apapun, doa menjadi satu-satu permen manis yang masih dapat dirasakannya dengan membawa seluruh kesungguhan hatinya.
Ketika itu, seseorang akan berjuang dengan setiap kesakitan pada fisik dan melawan hati yang mungkin tawar dan menyalahkan hidupnya yang tidak seindah orang lain. Saat, kita yang sehat melihat betapa susahnya seseorang melawan kesakitan dan memperjuangkan hidupnya maka kita akan menyadari betapa beruntungnya kita masih diberi kesempatan untuk tetap sehat.
Kekuatan dan penyertaan Tuhan yang menjadi penghiburan dan obat yang mujarab bagi dia yang sakit. Keteguhan untuk tetap percaya Allah yang hidup memampukan setiap orang percaya untuk bertahan, bahkan mengalahkan penyakitnya dengan tutup bungkus Tuhan Yesus pada dirinya.
Sebab ada dikatakan bahwa ketika membawa beban dan pergumulan di hadapan Tuhan, kita akan mendapatkan kelegaan. Seperti yang tengah dialami oleh Ibu saya yang terkasih dalam perjuangannya. Percaya Tuhan Yesus akan merancangkan yang terbaik baginya. Meskipun sebagai manusia, terkadang rasa tidak mampu pun menyertai. Namun ketika doa itu dipanjatkan, kelegaan akan diperolehnya. Meskipun dia sendiri tidak tahu sampai kapan jalan kesakitan itu harus ditempuhnya.
Bagaimana dengan kita?
Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?" (Keluaran 17:3)
Bukankah sebagian besar dari kita sering kali menjadi serupa dengan bangsa itu. Padahal mereka sudah diberikan pembebasan tetapi masih juga bersungut-sungut hanya tidak memperoleh air. Kebanyakan dari kita masih sering bersungut-sungut dalam pekerjaan, pendamping, ataupun masalah-masalah sepele lain yang terkadang jika kita evaluasi, semuanya memiliki solusi dan jalan keluar sesulit apapun itu. Bukan jalan buntu seperti yang dialami oleh orang yang sakit dan hanya bisa mengandalkan doa semata.
Hal itu menjadikan kita berpikir terlalu berlebihan, tidak jarang membuat kita jarang ingat bersyukur dengan tulus untuk apapun yang telah kita peroleh di waktu-waktu ini.
Melihat orang-orang yang tengah sakit membuat kita sadar bahwa setiap perkara yang boleh kita alami tidaklah seberat tanggungan yang harus mereka rasakan akibat penyakit yang berada di tubuh mereka.
Sebab itulah, kita perlu belajar untuk berhenti bersungut-sungut atau minimal menguranginya. Selain itu, belajar untuk menjaga kesehatan agar tidak mengalami kesakitan yang mungkin terjadi karena pola makan yang tidak benar-benar sehat.
Apabila kita berada dalam fase merawat orang terkasih yang sakit. Ketika kita tetap harus memelihara senyum meskipun hati ingin menangis. Kita akan merasa bahwa perkara berat yang pernah kita alami hanyalah sesuatu yang sepele. Dalam fase yang tidak mudah seperti ini, kita sungguh membutuhkan hikmat Tuhan untuk melaluinya. Sehingga setiap kedamaian boleh dirasakan dan diberikan kepada orang yang sedang sakit. Memohon kemampuan untuk menghibur, menguatkan, dan mendamaikan.
Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment