Thursday, April 17, 2014

Isi hati

"Alpukat ini yang bagus, Ma, lihat warna dan teksturnya," kata seorang gadis kepada Ibunya. Dia menyodorkan alpukat yang sudah dipegangnya ke dalam keranjang belanja buah mereka.

"Eh, tunggu," kata Ibunya mengambil dan mengocok sesaat sambil dengan seksama mendengar bunyinya. "Gak bagus ini," katanya seraya menyimpannya kembali ke tempatnya yang semula. 

"Loh?" Bingung, gadis itu memandang Ibunya.

Wednesday, April 16, 2014

Keindahan rancangan-Nya

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana (Amsal 19:21) 

Kadang-kadang kita banyak melihat pengikut Kristus berdaulat hanya Tuhan Yesus satu-satunya juru selamat, bahkan tidak jarang banyak diantaranya bersaksi, menyebarkan ayat mungkin di media sosial, ataupun sekedar memuji-muji Tuhan Yesus. Itu bukan terlalu lebay atau apapun yang sebagian dari orang-orang berpendapat. Tetapi hanya merasakan betapa besar, ajaib, dan hidup Tuhan Yesus melawat dan menyatakan kehadiran-Nya dalam hidup.
Sebab DIA sungguh ajaib dan bekerja dalam hidup kita tanpa disadari. Namun apabila kita sungguh merenung dan mengaitkan saja satu peristiwa kecil dalam hidup kita, semuanya akan terkait dan luar biasa. 

Rancangan-Nya memang bukan rancangan kita. Sejauh apapun rancangan kita yang terlihat baik di mata kita, belum tentu itu yang terbaik menurut-Nya. Bahkan seorang penulis saja harus merevisi berulang kali tulisannya untuk mendapatkan yang terbaik, bagaimana untuk hidupnya? Jika seseorang salah melangkah saja, putar baliknya akan sangat jauh jika setiap kali mengandalkan pengertian sendiri.

Tetapi tenang saja, menjadi umat pilihan-Nya sejauh apapun kita tersesat, ketika kita mau menerima kehadiran Tuhan kembali dalam hidup kita dan benar-benar memohon ampun, kita akan kembali di jalan kebenaran-Nya.

Kisah 1
Dulu, di tahun 2007 saya sering sekali mengikuti ibadah youth dan ibadah raya di GKKB jemaat purnama. Satu tahun penuh dan jarang absen karena mengikuti sahabatku. Namun, saat kami tidak lagi saling mengontak, akhirnya saya putus ke Gereja, teman yang lain mengajak pun saya tidak mau lagi. Tidak akan pernah mau lagi karena beribadah hanya karena ikut-ikutan.

Di saat paling drop, Tuhan tidak langsung mengirimkan orang lain untuk membawa saya kembali ke Gereja. Dia mengirimkan seorang sahabat di akhir tahun 2008. 

Sahabat saya itu bukan pengikut Kristus tetapi semua itu menjadi ajaib ketika di sekitar hampir akhir tahun 2011, dia datang ke Pontianak dan mengenalkan temannya kepada saya. 

Itu tidak serta merta saya langsung bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Di tahun berikutnya, kami baru mulai saling berbagi tentang banyak hal. Kadang-kadang saya sempat merasa memiliki kakak yang tidak pernah saya punya. Dia mengajari saya banyak hal, juga memberikan penghiburan.

September 2013, saat berkunjung ke tempat adik, saya mendapatkan pukulan keras. Saat itu, saya tidak berhenti berpikir dan menilik hati saya. Setiap malam saya tidak bisa tidur. Di akhir minggu kepulangan, saya mendapat ajakan untuk ke Gereja oleh teman saya ini.

Hati saya sudah mau tetapi saya takut karena dari keluarga non-Kristus. Saya menolak juga karena saya berpikir kalau pergi ke Gereja, saya pasti akan menerima Tuhan Yesus, sementara saya berpikir apa yang harus saya katakan kepada orang tua. Saya malah berusaha untuk tidak membahasnya dan menghindari topik seperti itu. Saya sedang menunggu kesiapan hati saya untuk menerima. Saya tidak ingin terpaksa dengan alasan apapun juga. Kemudian, saya mulai merencanakan penolakan bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa semuanya tidak bisa dipaksa kepada teman saya itu. Namun Tuhan tentu saja tidak melancarkan rencana saya yang berusaha menghindari Gereja.

Dengan semua usaha penolakan, seharusnya teman saya itu tahu kalau saya masih berkeras dengan hati saya. Namun dia tidak menyerah (bahkan setelah dibaptis dia mengakui kalau mereka mendoakan saya di menara doa mereka) sebab campur tangan Tuhan di dalamnya. Tuhan memakai dia.

Kemudian seperti mengetahui pikiran yang menganggu saya, teman saya menceritakan bahwa setiap orang memiliki posisi yang sama, saya menjadi seperti memiliki 'teman nasib' yang sama. Banyak orang yang bukan lahir dari pengikut Kristus harus menghadapi pertentangan dan cercaan saat memilih untuk mengikuti DIA. 

Dia memberikan saya buku kesaksian dan saat membaca kesaksian surga, saya menangis meraung-raung karena merasa selama ini begitu banyak dosa yang telah saya lakukan. Saat itu, saya percaya Tuhan tengah menyentuh hati keras saya. Orang sekeras kepala saya berhasil dengan mudah Tuhan lunakkan sesuai waktu yang telah ditentukan-Nya. Sungguh luar biasa.

Saat itu, Mama dinyatakan oleh dokter bahwa ada kemungkinan metatase adecorma, bukan penyakit ringan yang bisa sembuh dengan obat. Minggu pertama Oktober 2013, saya akhirnya mengikuti ibadah raya pertama, di sana terasa sekali Tuhan hadir sehingga rasanya sesak sekali dan saya menangis. 

Semenjak itu, saya menjadi rindu dengan lawatan Tuhan seperti sentuhan yang kurasakan pasca didoakan pengerja di sana. Kemudian, saya tidak serta merta menyatakan mau dipermandikan, saya masih menunda-nunda. Saya masih berpikir, "ah, entar ajah baptisnya kalau udah benar-benar kenal Kristus" itu yang berulang kali melintas di pikiran ketika teman saya itu membahas tentang lahir baru. Saya kukuh dengan apa yang saya rencanakan untuk tidak terburu-buru. Bahkan saya berpikir saya pasti dibaptis tetapi tidak sekarang. Namun dukungan dan nasehat-nasehat terus mengalir. Sebulan kemudian, berkat dukungan teman yang mengajak saya ke Gereja, saya dibaptis. 

Suatu hari, saya mulai merenungi proses yang Tuhan kehendaki dan mulai mengerti bahwa ini semua dirajut-Nya dengan indah dan tepat pada waktu-Nya saya kembali ke Gereja. Sebelumnya, satu kalipun saya tidak pernah berpikir akan kembali ke Gereja dan tengah menuliskan kisah ini di blog ini. Bahkan sempat berpikir saya mustahil menjadi Kristiani. 

Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9)

Tuhan menyediakan tempat untuk saya berpulang. Sungguh bersyukur Tuhan Yesus mau menerima orang yang tidak benar seperti saya ini. 

Kisah 2
Pergumulan yang saya alami atas penyakit Mama memang membawa berkat bagi anak-anaknya. Adik saya jadi lebih dekat dengan Tuhan dan saya segera kembali ke Gereja.

Saya masuk dalam menara doa dan mulai sering rajin mendoakan Mama dan doa syafaat lainnya. Itu pun karena rumah doa dekat dengan kantor sehingga saya bisa memakai jam istirahat siang.

Tuhan memang luar biasa. Ketika itu, Mama diharuskan kembali berkonsultasi dengan dokter onkologis setelah saya memaksa pulang bulan sebelumnya karena tidak bisa cuti kerja terlalu lama sementara dokter yang bermaksud kami temui masih tiga hari lagi. Padahal kami bermaksud bertemu dulu dengan dokter itu untuk mendapatkan gambaran pengobatan kemoterapi seperti apa yang harus dijalani oleh Mama walaupun hasilnya belum ke luar. Tetapi gagal kami temui.

Satu hal yang meneguhkan saya untuk pulang ke Pontianak (konsultasi di Malaysia) adalah saat itu hasil biopsi Mama masih harus menunggu dan untuk konsultasi tanpa hasil pun percuma. Saya tidak mungkin seminggu menunggu hasil biopsi di Malaysia atau sekedar bertemu dokter  (hanya untuk mendapatkan gambaran pengobatan, bukan kepastian) yang harus menunggu minimal tiga hari. Saya memutuskan akan kembali berkonsultasi setelah hasilnya biopsinya ke luar.

Dengan menutup telinga dari sikap protes keluarga, saya memaksa untuk pulang karena sejauh yang saya lihat, proses pemeriksaan dan konsultasi di salah satu rumah sakit swasta itu sungguh tidak baik. Dokter bekerja seolah tengah memperdagangkan kesehatan, mereka tidak banyak menjelaskan, membuat surat untuk pemeriksaan yang tidak ada gunanya.

Di Pontianak, berkali-kali saya diberitahu informasi obat dan dokter. Kemudian, saya diajari untuk mengandalkan Tuhan Yesus. Saya mulai mencoba meminta petunjuk dari Tuhan untuk obat dan dokter.

Kemudian saat berdoa di menara, teman seiman menyarankan ke dokter yang namanya sudah kudengar berulang kali. Kali itu, saya mulai menaruh perhatian dengan nama dokter itu.

Setelah hasil biopsi ke luar, saya segera mendaftarkan Mama ke perwakilan rumah sakit Malaysia dan mendapat jadwal yang diundur sekitar dua minggu lagi padahal saya sudah berkeinginan cepat-cepat mendengar diagnosa dokter. Bahkan saya harus membuat janji dulu sebelum memastikan kehadiran kami di sana dan itu pun belum dapat dipastikan apakah kami mendapatkan jadwal bertemu dokter atau tidak.

Saya mulai berpikir, saat di Malaysia, kami berharap bisa berkonsultasi dengan dokter itu walaupun hasil biopsi belum ke luar dan di sana pun kami diminta untuk menunggu tiga hari dan membuat saya memutuskan untuk pulang.
Semua hal itu membuat saya berpikir, mengapa semuanya tertunda? Semua keadaan tidak mendukung mulusnya pengobatan Mama. Bahkan beberapa teman saya yang diceritakan bahwa Mama ada kemungkinan kemoterapi berusaha memberi pandangan kalau kemoterapi tidak baik dan lebih banyak yang tidak selamat. Semua bersaksi tentang kerabat mereka sendiri.
Kemudian, saya bergumul dan akhirnya mengambil keputusan menunda dengan alasan kalau kemungkinan Mama dikemo sudah sangat minim karena divonis stadium 4, bahkan sempat dibahas jika konsultasi itu tidak menghasilkan apa-apa, buat apa menghamburkan uang?

Berdoa untuk dokter Pontianak yang disarankan, saya mencoba mendaftar. Banyak orang bilang kalau dokter ini sangat ramai dan harus mengantri sekitar seminggu, bahkan ada yang mengalami dua minggu. Puji Tuhan, mungkin ini jalan yang disediakan oleh Tuhan, Mama hanya menunggu dua hari saja. Sejak itu, meskipun belum sembuh, Mama merasa pengobatan ini sungguh lebih baik. Terakhir CA 15.3 Mama dinyatakan turun sebanyak 7 nilai. Hal ini membuat saya semakin yakin bahwa inilah jalan-Nya. Meskipun saya tahu turunnya tumor marker tidak berarti Mama bebas dari bahaya. Tetapi sebagai manusia, saya dan keluarga hanya melakukan bagian kami. Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya sesuai kehendak.

Sampai saat ini pun, saya percaya kesembuhan hanya datang dari-Nya dengan cara yang mungkin saya sendiri tidak menyangka. Hanya bisa mencoba bertahan dalam iman bahwa kehendak-Nya yang terbaik. 

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

Saturday, April 12, 2014

Memilih untuk 'cantik'

Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji, (Amsal 31:30)

Pernah terdengar peribahasa buatan anak-anak jaman sekarang "kecantikan itu relatif, tetapi jelek itu mutlak."

Nah loh? 

Benar, jaman sekarang segala hal dipandang dari rupa terlebih dahulu. Hanya saja, gadis jaman sekarang lebih beruntung karena sudah banyak sekali cara untuk menjadi cantik. Sehingga tidak dipungkiri menjadi cantik itu mutlak dan kebanggaan tersendiri. Bahkan sekarang ada istilah "uang bisa membeli segalanya" dan kecantikan pun bisa dibeli. Meskipun tidak dapat disangkal, gen "tidak cantik" tentunya tidak bisa dihapus. 

Memiliki pasangan pun, seorang gadis harus terlebih dahulu mengandalkan kecantikannya. Berapa sih persentase pria yang tidak melihat rupa untuk memiliki seorang gadis? Perbandingan sangat tipis. Kalaupun perempuan itu tidak cantik tetapi pandai merawat diri sehingga terlihat menarik, pria pun akan melirik. 

Tetapi sadar tidak sadar, seorang pria yang memilih gadis yang molek dan pandai merawat diri - dalam hal ini dengan perawatan yang tidak murah - dia pun harus mempersiapkan kantong yang cukup untuk memenuhi kebutuhan isterinya kelak. Dan lagi, seorang pria pas-pasan tidak akan mampu memiliki gadis dengan perawatan mewah seperti itu.

Tetapi sadarkah bila ada satu kecantikan yang bisa dipilih, bukan pembawaan gen, dan gratis? Yah, kecantikan berupa takut akan Tuhan. Sehingga dia menghargai setiap pemberian Tuhan dengan merawat sebagaimana saja mestinya tanpa harus melebih-lebihkan. Seorang perempuan yang memelihara hati, tingkah laku, dan perkataan yang berkenan bagi Tuhan Yesus. 

Yah, kecantikan seperti ini bisa dimiliki semua orang jika dia berniat. Hanya saja untuk menjadi cantik seperti ini tidaklah mudah seperti sewaktu seorang perempuan pergi ke salon dan hasilnya sudah kelihatan. Kecantikan ini perlu dipelihara seumur hidup dengan berkomitmen dan bertahan. Meskipun tidak kelihatan, tetapi kecantikan ini akan terasa dari hidupnya sendiri. 

Mereka boleh saja tidak cantik secara duniawi, tetapi mereka berusaha memelihara kerinduan, ketakutan, dan kebutuhan mereka akan Tuhan. Mereka akan menjadi bijak karena hikmat yang datang daripada-Nya dan bukan mengandalkan pengertiannya sendiri. Memiliki kasih yang besar terhadap suami dan anak-anaknya. Tangguh dan tabah dalam setiap kesulitan. Serta lemah lembut dalam setiap pengajarannya kepada anak-anaknya. Seseorang yang hidup dalam Tuhan akan berusaha untuk berada di jalan kebenaran. 

Tuhan Yesus memberkati
----
Lily Zhang

Wanita yang bekerja

Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. (Amsal 31:12)

Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. (Amsal 31:24)

Ia = isteri yang cakap.

Seperti yang sudah dibahas pada postingan sebelumnya, sebelum masuk berkeluarga, seorang gadis lebih baik belajar menjadi seseorang yang cakap. Apa yang dipelajari pun tidak akan menjadi sia-sia karena Tuhan menghargai sekecil apapun hal yang dilakukan dalam kebenaran. Selalu berusaha untuk benar dan takut kepada Tuhan.

Kali ini, kita membahas tentang isteri yang cakap. Bagaimana menjadi isteri yang cakap. Dia tidak hanya bisa mengurus rumah tangga seperti rumah dan anak-anaknya, tetapi kali ini baiklah kita membahas bagaimana seorang isteri pun menafkahi keluarga.

Jika di jaman siti nurbaya, seorang isteri hanya di rumah saja, entah kebiasaan yang berkembang dari jaman apakah itu. Dan orang-orang sering membandingkan, "kenapa cewek harus kerja, dulu juga cewek hanya di rumah ajah, gak wajib bah." 

Yah, itu salah, setiap orang wajib bekerja seperti firman Tuhan, "Jikalau barang seorang tiada mau bekerja, jangan ia makan." (2 Tesalonika 3:10)

Di sana tidak dituliskan apakah yang bekerja haruslah seorang pria. Jadi oleh sebab dia mau makan maka dia pun harusnya bekerja. Seperti kitab Amsal yang menuliskan tentang isteri yang cakap itu pun bekerja, membantu suaminya. 

Dia tidak hanya berdiam dan menanti suaminya memberi makan, tetapi dia pun berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seperti dalam hidup kita, baiknya kita pun menjadi seseorang seperti isteri yang cakap. Tidak berpikir hanya diberi makan. Hal itu pun membuat pasangan jadi lebih respek dan menghargai seorang perempuan. Selain itu, seorang perempuan akan menjadi lebih pintar karena pergaulannya tidak sebatas di rumah saja. Tidak juga menghambur-hamburkan uang karena tidak memiliki kegiatan lain selain mengurus rumah. Tidak duduk diantara para pencemooh. Di luar daripada itu, seorang perempuan akan menambah pundi rumah tangganya juga. Sehingga hal tersebut dapat menjadi berkat baginya dan keluarga.

Sungguh pula seorang perempuan yang bekerja pun dengan hati yang bahagia, bukan karena keterpaksaan. Sebab jika dengan tidak ada hati,  semua pekerjaan akan menjadi sulit dan rumit untuk dilalui.

Bekerja untuk Tuhan semuanya akan menjadi ringan.

Tuhan Yesus memberkati
----
Lily Zhang

Mulai saat lajang

Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari permata. (Amsal 31:10) 

Seorang perempuan dalam rumah tangga itu manajer keuangan seperti yang ditulis di renungan spirit edisi november 2013. Perempuan lah sumber penentu keseimbangan dalam rumah tangga. 

Sebagai seorang perempuan untuk masuk berumah tangga itu tidak seperti cerita dongeng happily ever after karena setelah memiliki rumah tangga, seorang perempuan memiliki tanggung jawab yang sungguh kompleks.

Di sini, baiklah kita membahas perempuan masih menyandang status gadis dan bukan wanita yang sudah memiliki rumah tangga.

Seperti yang banyak saya (penulis) lihat bahwa masih banyak gadis yang setelah masuk dunia bekerja, memiliki gaji sendiri masoh sering 'meludeskan' uang yang mereka hasilkan. Mengapa? 

Jika ditanya demikian, masih banyak jawaban yang bisa seperti

Uang jajan terbatas
Hal ini mengacu pada keterbatasan uang jajan sewaktu belum bisa memiliki penghasilan sendiri. Keinginan belanja yang tertunda seperti membludak saat mereka bisa memiliki penghasilan sendiri.

Tidak terkontrol
Sifat dasar wanita itu keinginan berbelanja yang sangat besar sehingga bagi sebagian wanita, berbelanja seperti kebutuhan. Sebagai sebuah kebutuhan, mereka tidak bisa  mengontrolnya sama sekali. Tidak berbelanja hanya akan membuat mereka uring-uringan apalagi jika barang itu sangat diinginkannya.

Beranggapan hanya have fun
Bagi sebagian gadis muda, bekerja menghasilkan uang hanya untuk menghabiskan waktu. Bahkan saya pernah mendengar pernyataan, "entar kalau udah punya suami kan dinafkahi." Bagi mereka, bekerja dan memakai uang tersebut sah-sah saja sebelum memiliki keluarga, tidak perlu menyimpannya sama sekali.

Tiga pemikiran di atas yang memang harus segera diatasi. Pada saat masa-masa gadislah, seseorang belajar sedikit demi sedikit menjadi seorang isteri yang cakap, di mana ke depannya bisa memanage keuangan suami dengan baik. Bukan menghamburkan keringat suami dengan hal-hal yang tidak penting. Bisa membedakan kebutuhan dan keinginan meskipun seseorang tidak boleh menjadi pelit, apalagi kikir.

Ulasan Cerita

Lain dengan seorang gadis yang membiayai keluarga. Mereka menghabiskan uang bukan untuk diri sendiri, bahkan mereka memberi makan beberapa mulut dalam keluarga.

Seorang teman pernah menjawab saya, "bagaimana saya harus menyimpan kalau penghasilan saya kecil dan ada tiga mulut di keluarga yang harus diberi makan."

Saat itu, saya sungguh trenyuh dan merasa saya cukup beruntung karena penghasilan saya masih di atasnya. Dengan penghasilan minim begitu yang masih tidak cukup untuk keluarganya, dia masih berjuang untuk menjual barang apapun secara online untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Kadang-kadang dia memgungkapkan kebingungannya untuk berkeluarga karena merasa tidak mampu untuk menanggung semuanya. Namun dia percaya kepada Tuhan akan mencukupkan semua yang dibutuhkannya. Yah, dia sangat tegar menghadapi hidupnya yang terbilang rumit. 

Saya percaya, apabila dia kemudian menjadi isteri seorang pria tidak mapan sekalipun, dia bisa memanajemen keuangan keluarga dengan baik, apalagi dia terus mengandalkan kekuatan Tuhan untuk menuntunnya. 

Maukah kita menjadi isteri yang cakap? Jika jawaban itu 'iya' ayo kita belajar memanajemen keuangan kita mulai sekarang...

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

Friday, April 11, 2014

Menjadi anak Allah

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yohanes 1:12)

Sungguh besar kasih karunia Bapa. Tidak peduli seberapa jauh manusia berbuat dosa, Dia berikan pengampunan, bahkan dia memberikan kado terindah saat manusia menerima-Nya. Manusia tidak sederajat dengan-Nya tetapi Tuhan Allah malah menganggap manusia yang menyatakan dengan hati kepercayaan kepada Tuhan sebagai anak-anak-Nya. Sungguh dia baik.

Bapa mengaruniakan semua kebutuhan bagi manusia sesuai dengan yang diperlukan. Dia mengaruniakan spirit-Nya sebagai mantel yang melindungi, menghibur, dan menguatkan menghadapi jalan hidup yang rumit. Tuhan tidak pernah jauh daripada manusia, terkadang sebagai anak Allah, seringkali manusia masih tidak taat dan jatuh dalam pencobaan.

Apa yang bisa diperbuat sebagai anak Allah yang taat setelah begitu banyak yang Tuhan karuniakan di dalam hidup? Sungguh pula, manusia tidak bisa hidup berjalan sendiri. Bahkan hidup ini pun Tuhan yang berikan kepada manusia.

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (Yakobus 1:22)

Yah, seperti itulah yang Tuhan inginkan manusia perbuat. Firman-Nya tidak hanya berakhir di telinga saja, tetapi masuk ke hati dan melakukannya di dalam hidup. Karena apabila kita hidup dengan membawa firman Tuhan, pasti setiap anak Allah tidak akan tersesat. Sebab setiap firman Tuhan itulah hidup dan kebenaran. Seperti terdapat dalam Yohanes pasal 1.

Untuk melakukan hal yang benar, banyak goncangan yang harus dilalui. Bertahan saja dalam kebenaran, manusia harus memiliki kekuatan yang tidak datang hanya dari dalam dirinya, tetapi juga kekuatan dari Tuhan. Tidak setiap orang mampu melalui goncangan dalam mempertahankan kebenaran, tetapi dalam penyertaan Tuhan semuanya akan lewat begitu saja.

"Berani untuk benar dengan penyertaan-Nya seperti memelihara kasut kuat untuk melangkah di jalan keselamatan." (@Lilian_Zhang)

Selain melakukan hal yang benar, apa yang bisa lagi diperbuat untuk kemuliaan nama-Nya? Dalam benak saya (penulis), kita bisa memanfaatkan talenta yang sudah Tuhan karuniakan kepada kita untuk menyebarkan kebaikan dan keselamatan-Nya. Bisa saja, dari pelayanan di Gereja ataupun di luar daripada itu. Meskipun terkadang diintimidasi oleh perasaan-perasaan gagal dan tidak bisa, tetapi saat semua diserahkan kepada-Nya, semua akan menjadi indah.

Ulasan Cerita Sebagai anak Allah yang baru saja bertobat, saya mendapatkan kasih karunia-Nya begitu besar dan banyak. Sebagai seseorang yang tidak bisa berdiam saat diberi, saya selalu berkeinginan membalas kebaikan Tuhan. Walaupun saya sadar kalau kebaikan Tuhan terlalu besar untuk saya balas, tetapi sekecil apapun saya selalu berusaha mencari apa yang bisa saya lakukan untuk Tuhan.

Saya pribadi yang tidak bisa apa-apa dan tidak memiliki talenta apapun. Sebagai orang yang senang menulis, saya terpikir membuat proyek kesaksian sebagai idealisme untuk 'berbicara' kepada orang-orang tentang kebaikan Tuhan.

Tetapi memulai saja tidak mudah meskipun merancangnya begitu mudah. Beberapa narasumber sudah ada dalam rancangan. Kemudian, saya merasa tidak mampu sendiri, saya mencari partner untuk bersama-sama mengerjakannya. Namun saya hanya menemui kebuntuan. Proyek itu tidak dimulai juga.

Namun dibalik itu, mengalir dukungan-dukungan dari beberapa pengerja GBI rayon 1G karena saat itu kebetulan saya sering hadir dalam doa menara mereka. Mungkin bukan kebetulan tetapi sudah rancangan Tuhan saat saya sendiri suka dengan doa-doa di sana. Kalau tidak di sana pun, mungkin dukungan sahabat seiman seperti meminjamkan buku dan refrensi lain tidak akan saya ketahui.

Narasumber pertama berhasil saya wawancarai, hasil wawancara tentu ada, tetapi menulisnya saya menemui kebuntuan. Saat itu, saya belum menyerah, saya andalkan Tuhan dalam doa untuk menuliskan kesaksian tersebut. Namun meskipun sudah jadi satu tulisan, saya begitu pesimis, lagi tidak memuaskan saya. Selama ini, saya selalu menulis sampai merasa puas meskipun harus berulang kali menghapus dan memulai.

Penulisan pertama membuat saya pesimis untuk melangkah. Saya tidak berhenti meminta dalam doa untuk Tuhan sertai sampai suatu hari Tuhan seperti menjawab. "Li, coba bikin blog saja." kata-kata sahabat saya itu seperti angin lalu, sama sekali tidak saya gubris.

Saya masih menulis ulang berulang kali namun saya tidak menemukan rasa puas itu. Selalu saja saya lemah dalam tulisan non-fiksi. Dari dulu menulis non-fiksi akan berakhir seperti curhat atau pendapat tidak kompeten. Akhirnya saya mulai lemah hati.

Kemudian, saya melanjutkan tulisan fiksi lain karena kelamaan meninggalkan dunia menulis membuat tulisan saya seperti tulisan anak kecil. Semua itu membuat hati saya menjadi lebih tawar. Beberapa kali sempat terpikir untuk berhenti menulis. Kemudian, saya ingat blog penulis saya dan memosting novel yang setengah jadi.

Tiba-tiba saya jadi kepikiran kalimat sahabat saya yang menyarankan proyek kesaksian mulai dari blog. Akhirnya, saya berpikir mulai dari rangkuman khotbah setiap ibadah saja. Kemudian blog ini jadi, meskipun jarang diisi tetapi saya bersyukur bisa menyalurkan apa yang saya terima setiap minggu.

Di setiap doa saya, tidak ada lagi meminta Tuhan memenuhi idealisme proyek kesaksian ini. Mungkin ini hanya keinginan hati saya dan bukan kehendak Tuhan. Ya sudahlah, saya hanya akan melanjutkan blog sampai Tuhan memberi saya kepercayaan untuk membuat sebuah buku kesaksian yang menjadi antusiasme saya dari awal.

"Li, GPU ada lini baru CHrom," kata partner saya untuk menulis duet. Sepertinya dia bukan Christian tetapi saya percaya Tuhan bisa memakai siapa saja untuk memberikan saya kejutan indah.

"CHrom? Apaan?" tanya saya masih bingung. Sudah lama saya menghilang dari dunia tulis-menulis, segala informasi pun jadi tidak update.

"Christian Romance, baru 2 buku terbit bulan (maret) ini," jawabnya memberikan penjelasan. "Kayaknya cocok sama kamu. Coba ajah."

PUJI TUHAN, saat itu cuma satu kalimat yang melintas di pikiranku TUHAN YESUS BAIK dan Dia sungguh baik. Tuhan tahu kebutuhan saya. Dia mahamengetahui kalau saya sangat tidak bisa menulis non-fiksi, sehingga dia menyediakan jalur fiksi di mana saya tidak hanya dapat berkarya seperti biasanya, tetapi juga menyebarkan keselamatan dari-Nya. Sehingga orang-orang dapat merasakan Allah hidup yang luar biasa dari lini ini. Ini hal yang sama sekali tidak pernah terlintas di dalam pikiran saya, di luar dugaan. Sampai sekarang saja saya masih rasanya tidak percaya Tuhan bisa pakai berbagai cara. Sebab selama ini belum ada lini semacam ini kecuali penulis menerbitkan sendiri.

Bayangkan, Tuhan memakai cara yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Dulu sewaktu putus asa, saya sempat berpikir (catatan : hanya berpikir) seandainya bisa menulis proyek kesaksian seperti sedang bercerita layaknya tulisan fiksi. Mungkin Tuhan mendengarkan pikiran saya saat itu. Tuhan Yesus luar biasa. Dialah selalu memenuhi kebutuhan, bukan memanjakan kita dengan memenuhi keinginan kita.

Sungguh luar biasa saat dia berkenan memilih kita sebagai anak-Nya. Walaupun saya bukan penulis pandai dan tidak dipungkiri berbagai hambatan saat menulis. Tetapi saya percaya jalan yang disediakan Tuhan dan dengan penyertaan dari-Nya semua akan menjadi baik. Meskipun baru mulai, saya berharap sekali bahwa apa yang saya tulis itu datang dengan hikmat-Nya.

Sekarang, bagaimana saya tidak percaya bahwa Tuhan bisa memberikan pertolongan-Nya dengan cara-Nya yang mustahil?

Ini hanya cara kecil saya membalas kebaikan Tuhan dan masih memerlukan dia untuk menuntun saya. Tetapi percaya Tuhan Yesus menghargai setiap usaha sekecil apapun itu, asal tetap berusaha berjalan dalam kebenaran.


Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang



Monday, April 7, 2014

Letter from God : Aku mengasihimu

"Aku mengasihimu, anakku."

Kata-kata itu seperti tertulis dengan tinta putih yang melayang di pikiranku. Tiba-tiba saja dada terasa berguncang hebat. Kesendirian dan ketidakberhargaan yang kurasakan tiba-tiba saja lenyap tidak bersisa. Seakan habis lenyap begitu saja. Tuhan memulihkannya setelah lama menangis dan berguncang hebat, bahkan rasanya ingin berteriak keras. Mengeluarkan semua yang menghimpit dada.

Kalimat itu masih berputar di dalam pikiranku tanpa berhenti. Kemudian muncul ayat Mazmur 121 tentang penjaga dan pertolongan yang datang dari pada-Nya serta lagu bersama-Mu Sari Simongkar yang membuat rasa syukurku semakin membuncah sehingga rasanya sebanyak batas maksimal rasa syukur pun tidak habis kuucapkan.

Rasa lega dan bahagia begitu memenuhi dada sehingga rasanya perkara yang menghadangku serasa tidak pernah membuatku resah. Bahkan seperti tidak pernah singgah di hariku. Tuhan Yesus memang luar biasa. DIA telah mengadakan mujizat-mujizat yang bila dengan peka dirasakan maka rasa syukur itu tidak pernah ada batasnya.

Lebih peka merasakan bahwa mujizat dan apapun yang terjadi itu rancangan-Nya yang indah. Tuhan telah melakukan banyak hal yang kadang tidak kita sadari.

Terima kasih Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus.

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

Sunday, April 6, 2014

Bangkit dari Penyesalan

Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. (Lukas 23:48)

Seringkali di dalam kehidupan penyesalan datang berkali-kali dan kita terpuruk di dalamnya karena pernah salah mengambil keputusan. Berbicara tentang penyesalan maka hendaknya kita memerhatikan dua hal, yakni...

Pengambilan keputusan

Seperti yang dilakukan orang-orang itu dengan mudahnya mereka melempari batu kepada Yesus tanpa benar-benar menyadari kebenaran yang sejati. Padahal Tuhan Yesus sudah melakukan keajaiban demi keajaiban namun ternyata oleh hasut para imam yang tidak benar itu, mereka terjerumus pula. Dan apa daya ketika penyesalan itu tiba kepada mereka. Semua sudah terlambat.

Mereka lebih memilih mengikut imam dibandingkan kebenaran sejati yang tiba di hadapan mereka. Seperti itu juga banyak jiwa yang masih mengeraskan hati pada jaman ini. Banyak diantara mereka yang hatinya sebenarnya ada untuk Tuhan tetapi berkeras karena dibatasi oleh keadaan dan tradisi yang terlalu mengikat sehingga mereka seakan dibelenggu.

Namun maukah kita yang sudah percaya namun tidak mau benar-benar mengakui-Nya ini sama seperti penyesalan orang-orang ini?

Coba lihat sekeliling kita, banyak orang-orang yang tersentuh oleh lagu-lagu rohani namun tidak kembali ke dalam rumah Tuhan. Mengapa? Karena kekerasan hati mereka. Sebenarnya kalau di hati seseorang tidak ada nama Tuhan, tidak mungkin hatinya mudah tersentuh. 

Seperti yang saya sendiri alami. Dari umur belasan, saya sangat suka dengan lagu rohani kristen namun saya tidak pernah mau menerima Tuhan karena kekerasan hati saya dibentengi oleh tradisi keluarga yang menjadi kebiasaan semenjak kecil.

Namun Tuhan memanggil pada waktu-Nya, saat itu hati saya buka lebar-lebar karena ternyata para kristiani juga awalnya dibentengi tradisi, hanya mereka berani ke luar dari kurungan dan saya tidak berani. Berbagai perkara membuat saya sadar bahwa kebenaran sejati hanya ada pada Tuhan.

Bangkit dari penyesalan

Seperti yang terjadi pada orang-orang yang menyesal itu. Baik ketika menyadari kesalahan dan ketidakbenaran, seharusnya mereka pun jangan larut dalam penyesalan. Bangkit dan cari jalan kebenaran itu. Karena menyesal pun tidak akan mengubah apapun. Tuhan Yesus sudah kembali ke hadapan Allah Bapa. Namun mereka masih ada dan hidup, seharusnya mereka bisa mengubahkan diri, sebab Tuhan Yesus yang berkorban demi mereka. Sehingga suatu saat Tuhan menganugerahkan tempat terindah bagi mereka.

Jaman ini pun sama. Jika di masa lalu kita sering berbuat salah, menyesal, maka janganlah mengulang kesalahan yang sama. Apabila dulu kita tidak mengenal Tuhan Yesus, tidak mengerti kebenaran-Nya, maka saat ini juga carilah Dia yang adalah Bapa semesta alam. Carilah kebenaran sejati dan kita akan menemukan serta diselamatkan. 

Jika saat ini kita berada dalam satu fase yang paling buruk, carilah Tuhan Yesus yang senantiasa mengasihi, mohonlah ampun pada-Nya dan kembalilah pada-Nya. Maka kita akan melihat satu demi satu mujizat yang diperlihatkan kepada kita. Dengan kepercayaan yang penuh maka berdoa dan kembali kepada Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang