Wednesday, April 16, 2014

Keindahan rancangan-Nya

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana (Amsal 19:21) 

Kadang-kadang kita banyak melihat pengikut Kristus berdaulat hanya Tuhan Yesus satu-satunya juru selamat, bahkan tidak jarang banyak diantaranya bersaksi, menyebarkan ayat mungkin di media sosial, ataupun sekedar memuji-muji Tuhan Yesus. Itu bukan terlalu lebay atau apapun yang sebagian dari orang-orang berpendapat. Tetapi hanya merasakan betapa besar, ajaib, dan hidup Tuhan Yesus melawat dan menyatakan kehadiran-Nya dalam hidup.
Sebab DIA sungguh ajaib dan bekerja dalam hidup kita tanpa disadari. Namun apabila kita sungguh merenung dan mengaitkan saja satu peristiwa kecil dalam hidup kita, semuanya akan terkait dan luar biasa. 

Rancangan-Nya memang bukan rancangan kita. Sejauh apapun rancangan kita yang terlihat baik di mata kita, belum tentu itu yang terbaik menurut-Nya. Bahkan seorang penulis saja harus merevisi berulang kali tulisannya untuk mendapatkan yang terbaik, bagaimana untuk hidupnya? Jika seseorang salah melangkah saja, putar baliknya akan sangat jauh jika setiap kali mengandalkan pengertian sendiri.

Tetapi tenang saja, menjadi umat pilihan-Nya sejauh apapun kita tersesat, ketika kita mau menerima kehadiran Tuhan kembali dalam hidup kita dan benar-benar memohon ampun, kita akan kembali di jalan kebenaran-Nya.

Kisah 1
Dulu, di tahun 2007 saya sering sekali mengikuti ibadah youth dan ibadah raya di GKKB jemaat purnama. Satu tahun penuh dan jarang absen karena mengikuti sahabatku. Namun, saat kami tidak lagi saling mengontak, akhirnya saya putus ke Gereja, teman yang lain mengajak pun saya tidak mau lagi. Tidak akan pernah mau lagi karena beribadah hanya karena ikut-ikutan.

Di saat paling drop, Tuhan tidak langsung mengirimkan orang lain untuk membawa saya kembali ke Gereja. Dia mengirimkan seorang sahabat di akhir tahun 2008. 

Sahabat saya itu bukan pengikut Kristus tetapi semua itu menjadi ajaib ketika di sekitar hampir akhir tahun 2011, dia datang ke Pontianak dan mengenalkan temannya kepada saya. 

Itu tidak serta merta saya langsung bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Di tahun berikutnya, kami baru mulai saling berbagi tentang banyak hal. Kadang-kadang saya sempat merasa memiliki kakak yang tidak pernah saya punya. Dia mengajari saya banyak hal, juga memberikan penghiburan.

September 2013, saat berkunjung ke tempat adik, saya mendapatkan pukulan keras. Saat itu, saya tidak berhenti berpikir dan menilik hati saya. Setiap malam saya tidak bisa tidur. Di akhir minggu kepulangan, saya mendapat ajakan untuk ke Gereja oleh teman saya ini.

Hati saya sudah mau tetapi saya takut karena dari keluarga non-Kristus. Saya menolak juga karena saya berpikir kalau pergi ke Gereja, saya pasti akan menerima Tuhan Yesus, sementara saya berpikir apa yang harus saya katakan kepada orang tua. Saya malah berusaha untuk tidak membahasnya dan menghindari topik seperti itu. Saya sedang menunggu kesiapan hati saya untuk menerima. Saya tidak ingin terpaksa dengan alasan apapun juga. Kemudian, saya mulai merencanakan penolakan bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa semuanya tidak bisa dipaksa kepada teman saya itu. Namun Tuhan tentu saja tidak melancarkan rencana saya yang berusaha menghindari Gereja.

Dengan semua usaha penolakan, seharusnya teman saya itu tahu kalau saya masih berkeras dengan hati saya. Namun dia tidak menyerah (bahkan setelah dibaptis dia mengakui kalau mereka mendoakan saya di menara doa mereka) sebab campur tangan Tuhan di dalamnya. Tuhan memakai dia.

Kemudian seperti mengetahui pikiran yang menganggu saya, teman saya menceritakan bahwa setiap orang memiliki posisi yang sama, saya menjadi seperti memiliki 'teman nasib' yang sama. Banyak orang yang bukan lahir dari pengikut Kristus harus menghadapi pertentangan dan cercaan saat memilih untuk mengikuti DIA. 

Dia memberikan saya buku kesaksian dan saat membaca kesaksian surga, saya menangis meraung-raung karena merasa selama ini begitu banyak dosa yang telah saya lakukan. Saat itu, saya percaya Tuhan tengah menyentuh hati keras saya. Orang sekeras kepala saya berhasil dengan mudah Tuhan lunakkan sesuai waktu yang telah ditentukan-Nya. Sungguh luar biasa.

Saat itu, Mama dinyatakan oleh dokter bahwa ada kemungkinan metatase adecorma, bukan penyakit ringan yang bisa sembuh dengan obat. Minggu pertama Oktober 2013, saya akhirnya mengikuti ibadah raya pertama, di sana terasa sekali Tuhan hadir sehingga rasanya sesak sekali dan saya menangis. 

Semenjak itu, saya menjadi rindu dengan lawatan Tuhan seperti sentuhan yang kurasakan pasca didoakan pengerja di sana. Kemudian, saya tidak serta merta menyatakan mau dipermandikan, saya masih menunda-nunda. Saya masih berpikir, "ah, entar ajah baptisnya kalau udah benar-benar kenal Kristus" itu yang berulang kali melintas di pikiran ketika teman saya itu membahas tentang lahir baru. Saya kukuh dengan apa yang saya rencanakan untuk tidak terburu-buru. Bahkan saya berpikir saya pasti dibaptis tetapi tidak sekarang. Namun dukungan dan nasehat-nasehat terus mengalir. Sebulan kemudian, berkat dukungan teman yang mengajak saya ke Gereja, saya dibaptis. 

Suatu hari, saya mulai merenungi proses yang Tuhan kehendaki dan mulai mengerti bahwa ini semua dirajut-Nya dengan indah dan tepat pada waktu-Nya saya kembali ke Gereja. Sebelumnya, satu kalipun saya tidak pernah berpikir akan kembali ke Gereja dan tengah menuliskan kisah ini di blog ini. Bahkan sempat berpikir saya mustahil menjadi Kristiani. 

Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9)

Tuhan menyediakan tempat untuk saya berpulang. Sungguh bersyukur Tuhan Yesus mau menerima orang yang tidak benar seperti saya ini. 

Kisah 2
Pergumulan yang saya alami atas penyakit Mama memang membawa berkat bagi anak-anaknya. Adik saya jadi lebih dekat dengan Tuhan dan saya segera kembali ke Gereja.

Saya masuk dalam menara doa dan mulai sering rajin mendoakan Mama dan doa syafaat lainnya. Itu pun karena rumah doa dekat dengan kantor sehingga saya bisa memakai jam istirahat siang.

Tuhan memang luar biasa. Ketika itu, Mama diharuskan kembali berkonsultasi dengan dokter onkologis setelah saya memaksa pulang bulan sebelumnya karena tidak bisa cuti kerja terlalu lama sementara dokter yang bermaksud kami temui masih tiga hari lagi. Padahal kami bermaksud bertemu dulu dengan dokter itu untuk mendapatkan gambaran pengobatan kemoterapi seperti apa yang harus dijalani oleh Mama walaupun hasilnya belum ke luar. Tetapi gagal kami temui.

Satu hal yang meneguhkan saya untuk pulang ke Pontianak (konsultasi di Malaysia) adalah saat itu hasil biopsi Mama masih harus menunggu dan untuk konsultasi tanpa hasil pun percuma. Saya tidak mungkin seminggu menunggu hasil biopsi di Malaysia atau sekedar bertemu dokter  (hanya untuk mendapatkan gambaran pengobatan, bukan kepastian) yang harus menunggu minimal tiga hari. Saya memutuskan akan kembali berkonsultasi setelah hasilnya biopsinya ke luar.

Dengan menutup telinga dari sikap protes keluarga, saya memaksa untuk pulang karena sejauh yang saya lihat, proses pemeriksaan dan konsultasi di salah satu rumah sakit swasta itu sungguh tidak baik. Dokter bekerja seolah tengah memperdagangkan kesehatan, mereka tidak banyak menjelaskan, membuat surat untuk pemeriksaan yang tidak ada gunanya.

Di Pontianak, berkali-kali saya diberitahu informasi obat dan dokter. Kemudian, saya diajari untuk mengandalkan Tuhan Yesus. Saya mulai mencoba meminta petunjuk dari Tuhan untuk obat dan dokter.

Kemudian saat berdoa di menara, teman seiman menyarankan ke dokter yang namanya sudah kudengar berulang kali. Kali itu, saya mulai menaruh perhatian dengan nama dokter itu.

Setelah hasil biopsi ke luar, saya segera mendaftarkan Mama ke perwakilan rumah sakit Malaysia dan mendapat jadwal yang diundur sekitar dua minggu lagi padahal saya sudah berkeinginan cepat-cepat mendengar diagnosa dokter. Bahkan saya harus membuat janji dulu sebelum memastikan kehadiran kami di sana dan itu pun belum dapat dipastikan apakah kami mendapatkan jadwal bertemu dokter atau tidak.

Saya mulai berpikir, saat di Malaysia, kami berharap bisa berkonsultasi dengan dokter itu walaupun hasil biopsi belum ke luar dan di sana pun kami diminta untuk menunggu tiga hari dan membuat saya memutuskan untuk pulang.
Semua hal itu membuat saya berpikir, mengapa semuanya tertunda? Semua keadaan tidak mendukung mulusnya pengobatan Mama. Bahkan beberapa teman saya yang diceritakan bahwa Mama ada kemungkinan kemoterapi berusaha memberi pandangan kalau kemoterapi tidak baik dan lebih banyak yang tidak selamat. Semua bersaksi tentang kerabat mereka sendiri.
Kemudian, saya bergumul dan akhirnya mengambil keputusan menunda dengan alasan kalau kemungkinan Mama dikemo sudah sangat minim karena divonis stadium 4, bahkan sempat dibahas jika konsultasi itu tidak menghasilkan apa-apa, buat apa menghamburkan uang?

Berdoa untuk dokter Pontianak yang disarankan, saya mencoba mendaftar. Banyak orang bilang kalau dokter ini sangat ramai dan harus mengantri sekitar seminggu, bahkan ada yang mengalami dua minggu. Puji Tuhan, mungkin ini jalan yang disediakan oleh Tuhan, Mama hanya menunggu dua hari saja. Sejak itu, meskipun belum sembuh, Mama merasa pengobatan ini sungguh lebih baik. Terakhir CA 15.3 Mama dinyatakan turun sebanyak 7 nilai. Hal ini membuat saya semakin yakin bahwa inilah jalan-Nya. Meskipun saya tahu turunnya tumor marker tidak berarti Mama bebas dari bahaya. Tetapi sebagai manusia, saya dan keluarga hanya melakukan bagian kami. Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya sesuai kehendak.

Sampai saat ini pun, saya percaya kesembuhan hanya datang dari-Nya dengan cara yang mungkin saya sendiri tidak menyangka. Hanya bisa mencoba bertahan dalam iman bahwa kehendak-Nya yang terbaik. 

Tuhan Yesus memberkati
---
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment