Monday, December 23, 2013

Dongeng Pohon Natal

Brak! Suara pintu dibanting membuat fokusku kembali padamu. Aku yang tengah santai di sudut ruang kamarmu memerhatikanmu dengan seksama.

Ada apa dengan Licha? Batinku bingung tanpa bisa bertanya.

Kamu mendumel, "ah, Papa kalau nggak suka aku natal, bukan gitu caranya!"

Kulihat bekas jejak air mata di pipimu, matamu yang sekilas bersi-tumbuk denganku terlihat sangat terluka, sedih, dan marah.

"Udah susah Bang Mat anterin buatku sebagai hadiah natal pertamaku malah dibanting sama Papa, depan Bang Mat lagi. Apa Papa nggak ngehargain temanku?" Omelmu tidak berniat reda juga.

Kemudian kamu memencet nomor telepon di ponselmu, menunggu. "Ko, lagi sibuk?"

Jeda. Aku masih memerhatikan raut wajahmu. Kemudian senyummu merekah sedikit, kamu pasti mendapat sahutan dari seberang telepon.

"Yah nih, Papa keterlaluan. Masa Bang Mat anterin pohon natal sepinggang, aku dah senang banget, eh, Papa lempar dengan Bang Mat.. kesal gak tuh?"

Kemudian kamu masih melanjutkan, "yah, aku kan pengen juga ada pohon natal di rumahku, Ko. Tadi pagi tuh, aku liat Bang Mat pasang pohon natal terus aku komen. Eh, Bang Mat malah mau kasi pohon natalnya yang ukurannya lebih kecil buat kupasang di kamar ajah. Yah, aku tau Papa belum percaya tetapi ini kan keterlaluan sih?"

Aku tercengang mendengar penuturanmu. Tidak pernah menyangka kamu akan sekecewa itu tanpa pohon natalmu itu. Bagaimana denganku? Duduk manis di sini tanpa benar-benar kamu menghargaiku... rasanya hatiku seperti diremas-remas. Benarkah pohon natal itu jauh lebih berharga dibandingkan denganku? Sampai kamu bahkan melupakan keberadaanku?

Rasanya aku ingin menangis dan berteriak memanggilmu tetapi aku tidak bisa. Sadarlah... aku di sini setia menunggumu, berharap kamu kembali menatapku, memandangku dengan senyum bahagia seperti pertama kali bertemu. Lupakah kamu? Ingatlah aku.... ingatlah aku...

"Apa? Lampu pohon natal?" Tanyamu seperti mengingat-ingat sesuatu. Kamu mengernyitkan kening berulang kali. Saat ini, aku sangat berharap kamu mengingat sesuatu tentangku dan kenangan kita.

Di dalam Tuhan, ada mukjizat.

"Oh, yang itu... yang Koko kasih yah?" Katanya seraya memandangku seperti baru sadar dengan keberadaanku. "Iyah yah Ko, aku punya pohon natal kecil yang memijar di kamarku. Haha, kok aku bisa lupa yah? Maaf deh Ko, aku terlalu serakah sehingga tidak mensyukuri sesuatu yang kecil dalam hidupku."

Kamu tertawa kecil seraya memencet tombol yang menghidupkan lampu yang memijar dari dalam dan mematikan lampu kamarmu. "Lampu pohon natal kecil yang cantik, terima kasih yah Ko sudah mengingatkan."

Sementara hatiku melonjak girang. Akhirnya kamu menyadari keberadaanku lagi, kembali menoleh padaku. Itu hadiah natal terindah bagi barang kecil sepertiku. Sebuah ingatan tentang kenangan yang hampir terlupakan.

"Aku akan mulai menghargai dan mensyukuri hal-hal kecil sebelum bangga memiliki hal yang besar." Ucapanmu membuat hatiku hangat. Meski aku hanya sebuah benda yang diciptakan oleh manusia, tetapi percaya bahwa tidak ada hal terjadi tanpa ijinkan-Nya dan tidak ada yang namanya kebetulan. Apa yang terjadi pastilah rancangan-Nya yang terindah.

Merry Christmas 2013 and Happy New Year 2014

----

Ini adalah dongeng yang berkisah tentang jika sebuah benda yang lama kita lupakan bisa berbicara, mungkin dia akan berperasaan yang sama dengan lampu pohon natal itu yang dilupakan. Semoga cerita sederhana ini dapat menghibur.

Oleh : Lily Zhang