Wednesday, June 17, 2015

Penyihir Bernama COC

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2)
http://id.aliexpress.com/w/wholesale-clash-of-clans/2.html
Sebagai seorang penulis yang senang merenung, saya tidak memaksakan bahwa pendapat ini ke dalam diri para pembaca. Mungkin banyak yang protes atau sekedar beranggapan saya terlalu menggurui tetapi apapun anggapan Anda (baca: pembaca) saya hanya berusaha membagikan apa yang saya dapatkan kali ini.

Kontroversial sekali judulnya apalagi mengangkat nama COC (Clash of Clans) yang sangat banyak peminatnya. Di sini, saya tidak mengatakan bahwa game ini tidak bagus namun di sini kita belajar memanage diri sendiri. Memakai COC sebagai contoh karena game ini masih hangat dan sangat “menginfeksi”. Tidak sedikit saya mendengar keluhan beberapa orang terkait kecanduan-nya pacar, teman, kerabat sehingga mereka seolah tersihir oleh permainan itu. Bahkan beberapa diantara mereka harus mencak-mencak marah karena kurang diperhatikan. Jelas, para gamer COC lebih perhatian dengan notifikasi yang muncul di smartphone mereka dibandingkan dengan orang-orang di sekeliling mereka.


Tidak terlepas juga, game lain seperti Get Rich, Criminal Case, Candy Crush, Hero Sky, dan lain sebagainya. Namun lebih banyak keluhan ketika gamer mulai lebih sibuk dengan demam COC ini dibandingkan dengan lainnya.

Bukankah seharusnya manusia memiliki otoritas berkuasa atas barang-barang dunia? Dengan “tidak mau ketinggalan” itulah manusia mulai diperbudak menjadi hamba pesona dunia. Apabila kita sampai tidak mau ketinggalan dan melewatkan waktu-waktu kita dengan online game, sebenarnya kita sudah dalam taraf kecanduan. Ini sama halnya juga dengan cewek-cewek yang hobi sekali segera menghabiskan drama korea sehingga hati, pikiran, dan jasmaninya hanya tertuju pada drama itu. Kecanduan yang pernah saya alami juga. Begitu pula dengan game, saya pernah mengalami kecanduan yang sama. Saya merasakan akibat jelek dari hal itu. Saya menjadi malas untuk makan dan melakukan hal berguna lainnya. Dengan begitu, sebenarnya kita telah menghambakan diri pada pesona fana yang tentu saja akan hilang begitu saja. Karena sifat fana adalah sementara. 

Kecanduan ini akan mengalihkan fokus kita dari kehendak Allah menjadi kehendak sendiri (kembali ke doktrin masing-masing) sehingga tentunya banyak hal yang akan malas kita lakukan seperti hidup sesuai dengan Firman Tuhan dengan rajin membaca Firman Tuhan, Memuji, dan Menyembah.
Sebenarnya, ada orang yang mengatakan “kembali ke diri masing-masing” tapi benarkah itu bekerja dengan baik? Saya pribadi merasa itu tidak bekerja dengan baik karena semakin dalam kita masuk ke dalam kecanduan itu, semakin terasa menarik dan susah untuk menariknya ke luar. Jadi permainan dan drama-sinetron, apakah barang fana dunia? Saya rasa semua mengetahui jawabannya. Bukannya tidak diperbolehkan namun bagaimana kita memanage diri sendiri untuk tidak menomorsatukan hal-hal tersebut.

Nah, bagaimana tips yang tepat untuk meminimalisasi kehendak bebas kita untuk diperbudak kelemahan daging atau menghilangkannya?

Berdoa. Tidak henti-hentinya pada setiap kelemahan kita, selalu sarannya adalah berdoa. Ada seorang sahabat mengatakan, berdoa itu simple tapi besar kuasaNya. Benar, meskipun terlihat simple bahkan kadang terlihat kurang menarik (apabila dibandingkan pesona dunia) tetapi doa memiliki kuasa yang sangat besar yang sanggup mengubah dan memulihkan. Tanpa Kasih Karunia, kita tidak dimampukan untuk melekat dan intim bersama Tuhan. Nah, mengatasi kelemahan pun kita bisa minta tuntunan Tuhan untuk memampukan kita memperbaiki langkah kita yang tidak dikehendaki Tuhan.

Praise & Worship. Saya tidak tahu apakah banyak di antara kita yang melakukan pujian penyembahan namun ini bekerja untuk menjaga urapan, lawatan, dan kerinduan kepada Tuhan. Meninggikan Dia yang telah memberikan Kasih yang besar ke dalam hidup kita.

Membaca Firman Tuhan. Peminat baca di Indonesia sangatlah kecil bahkan pada komunitas, Kristiani yang mengenal baik Firman Tuhan pun sangat sedikit. Sisihkanlah waktu untuk merenungi Firman Tuhan. Bermainlah dengan penuh sukacita dalam setiap renungan yang selalu mampu mengukuhkan iman kita. Sebab, semakin kita rajin membaca, semakin kita mengenal Kristus, maka akan semakin rindu kita terhadap Sang Creator. Semakin mengenal-Nya, semakin membuat kita haus untuk mengenal-Nya.

Mengekang keinginan. Ikat keinginan kita, bolehlah kita bermain di waktu-waktu yang telah benar-benar luang setelah membiasakan kegiatan Berdoa, Praise & Worship, serta Membaca Firman Tuhan. Namun tetap berkuasa atas semua pesona itu tanpa terikat, kecanduan, dan memanage dengan baik. Kehendak Allah bukanlah segala pesona dunia.

Perlahan lepaskanlah. Bagaimana cara kita bisa melepaskan dari pesona ini yang terlihat jauh lebih menarik? Banyak sekali cara melepaskan hal yang tidak bisa menghasilkan apa-apa, hanya membuang waktu luang kita yang sebenarnya berharga. Oleh karena itu, cari tahu kegiatan apa yang kita senangi misalnya; mendengar musik rohani, membaca renungan atau fiksi rohani, membuat kerajinan tangan, menggambar, bermusik, berolahraga, membangun hubungan dengan sesama dan lain sebagainya. Banyak hal yang bisa kita lakukan dari sekedar duduk sambil bermain game atau menonton berlebihan drama/sinetron. Cari hal-hal yang bisa menghasilkan karya. Berkaryalah! Apapun itu yang penting positif!

Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment