Ayat Bacaan Kejadian
23:1-20
Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu (Kejadian 23:2-3)
![]() |
link |
Pernah mendengar dalam lingkungan
non-Kristen, “orang Kristen nggak sayang orang tua.” Perkataan ini sudah saya
dengar jauh sebelum saya menjadi pengikut Kristus dengan alasan-alasan yang dibenarkan
oleh sebagian tua-tua non-Kristen.
Dulu pada saat saya belum
menerima Kristus, saya heran banget dengan semua teman-teman saya yang
Kristiani ketika ada kerabat yang meninggal terlihat tidak menangis meraung-raung, hanya sisa sembab atau mata
memerah. Padahal dalam tradisi cina setempat, anak-cucu dan kerabat yang
ditinggalkan harus menangis untuk
apa tepatnya saya tidak pernah tahu. Bahkan saya pernah mendengar dari orang
tua saya bahwa jaman dulu orang-orang cina yang ditinggalkan itu rela membayar
orang hanya untuk menangis siang-malam. Sampai sekarang saya tidak mengerti apa
maksud dari tradisi tersebut karena saya tidak pernah mengalaminya sendiri. Walaupun
saya berasal dari keluarga cina yang percaya dengan takhayul, saya sendiri
terus meragukan hal tersebut. Kadang percaya, kadang tidak sewaktu saya belum
menerima Kristus.
Sebab ada kekuatan-Nya dalam kelemahan saya. Ketika Mama saya berpulang seharusnya saya mengalami "raungan" tangisan yang tidak mampu saya tahan. Apalagi Mama sudah menjadi urat nadi kehidupan saya dimana semua kesedihan dan kegembiraan selalu ditumpahkan kepada Mama. Namun pada titik
ketika saya mengalami kebaikan Tuhan Yesus dalam hidup, saya mampu berkata
sambil tersenyum kecil, “ini semua karena ada Tuhan Yesus.” Tanpa memberikan
penjelasan apapun, setiap orang Kristiani tentunya akan mengerti. Dan
pertanyaan yang sering sekali ditanyakan adalah, “kok kamu bisa tegar banget?”
atau “kamu baik-baik ajah yah kan?” bahkan banyak senyuman sahabat (yang terlihat
lega dengan keadaan saya yang porak-poranda) yang membuat saya
mengucap syukur bahwa kekuatan Tuhan luar biasa, melebihi ekspektasi saya,
apalagi saya terkenal sebagai orang yang mudah menangis bersinggungan dengan Mama yang saya sayangi. Yah, saya menangis dan meratap tanpa perlu saya
tunjukkan kepada siapapun selain Tuhan Yesus pada saat itu. Itukah yang sering dihakimi bahwa orang
Kristiani tidak menyayangi orang tua hanya karena mereka tidak memerlihatkan
kesedihan yang berlebihan? Tidak ada seorang pun yang mengerti hati orang lain
dengan begitu baik kecuali Tuhan Yesus.
Tentu, seperti Abraham setelah
meratap dan menangis, dia bangkit kembali untuk mengurus jenazah Sara. Seperti itu
pula baiknya pekerjaan Tuhan dalam hidup saya ketika saya dimampukan untuk
mengurus semua itu dengan baik. Kekuatan yang tidak pernah terlintas dan kita
mengerti, sampai ketika kita mengalaminya sendiri. Pastinya, itu bukan kekuatan
saya.
Kebanyakan orang berpendapat
terhadap situasi saya dimana sebagian dari mereka mungkin akan menangis
meraung-raung, kebingungan, atau apapun yang bisa melemahkan kekuatan, pikiran
dan perasaan mereka. Tetapi Tuhan tidak memberikan roh lemah kepada
anak-anakNya dan bersyukur bahwa kami (saya dan keluarga) diberikan Roh Kuat di
dalam Dia sehingga setiap orang-orang dapat melihat, ini loh karya kekuatan-Nya Tuhan (tidak
ada maksud memegahkan saya dan keluarga tetapi lebih memegahkan Tuhan Yesus
yang luar biasa). Meskipun ada kendala-kendala namun semuanya selesai dengan
sangat baik dan lancar.
Kita tidak dikehendaki untuk
berlarut-larut dalam ratapan dan tangisan. Seperti Abraham, kita diharapkan
untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Mungkin ada misi-misi memuliakan-Nya yang
dirindukan oleh kerabat, orang tua, atau sahabat kita yang berpulang duluan,
jika kita tergerak untuk melanjutkan misi dan kita mampu melakukannya,
lakukanlah dan jadikan motivasi yang baik dalam hidup kita serta minta
tuntunan-Nya yang benar.
Yah, menjawab orang-orang yang
mengatakan Kristiani tidak menyayangi orang tuanya itu sepenuhnya salah. Saya
sendiri menyanyangi orang tua dengan meminta tuntunan Tuhan karena saya sendiri
mengetahui bahwa saya tidak sempurna. Kalaupun hari-hari ini, saya terlihat
tegar itu sekali lagi karena Peran-Nya sehingga sesulit apapun
saya hanya mencari Dia yang memelihara saya; menangis, meratap, dan mencari
pertolongan di dalam Dia. Menyayangi orang tua dengan cara; tidak memerlihatkan
beban dan tanggungan hidup yang mungkin sangat sulit untuk kita lewati. Hanya sekedar
memberikan mereka ruang lega agar tidak ikut menanggung beban berat yang
seharusnya menjadi tanggungan kita dan keluarga kecil kita sekarang ataupun
nanti. Tanggungan beban kita pula dapat kita bawa ke dalam sharing dengan saudara seiman setelah meminta penyertaan Tuhan
Yesus dalam hidup kita. God First!
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62:8)
Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang
Very blessed when read it.. thx for the share... :D Jesus bless u abundantly...
ReplyDeleteTerima kasih kunjungannya. Jesus bless you abundantly too. Keep on fire! :)
DeleteDalam pandangan secara Alkitabiah, mengasihi orang tua itu seharusnya dilakukan saat mereka masih hidup. Hal ini sangat berbeda dengan pandangan lain yang berupaya melakukan berbagai hal setelah orangtuanya meninggal dengan harapan dan ketidakpastian. Refleksi yang indah! Percayalah pada waktunya semua akan kembali bersama :)
ReplyDeleteSetuju! Mengasihi sewaktu mereka ada. Haha terima kasih kunjungannya ya, Jesus bless you.
Delete