Thursday, June 18, 2015

Curhat sama Tuhan Yesus


Ayat Bacaan Kejadian 23:1-20
Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu (Kejadian 23:2-3)
link

Pernah mendengar dalam lingkungan non-Kristen, “orang Kristen nggak sayang orang tua.” Perkataan ini sudah saya dengar jauh sebelum saya menjadi pengikut Kristus dengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh sebagian tua-tua non-Kristen.

Dulu pada saat saya belum menerima Kristus, saya heran banget dengan semua teman-teman saya yang Kristiani ketika ada kerabat yang meninggal terlihat tidak menangis meraung-raung, hanya sisa sembab atau mata memerah. Padahal dalam tradisi cina setempat, anak-cucu dan kerabat yang ditinggalkan harus menangis untuk apa tepatnya saya tidak pernah tahu. Bahkan saya pernah mendengar dari orang tua saya bahwa jaman dulu orang-orang cina yang ditinggalkan itu rela membayar orang hanya untuk menangis siang-malam. Sampai sekarang saya tidak mengerti apa maksud dari tradisi tersebut karena saya tidak pernah mengalaminya sendiri. Walaupun saya berasal dari keluarga cina yang percaya dengan takhayul, saya sendiri terus meragukan hal tersebut. Kadang percaya, kadang tidak sewaktu saya belum menerima Kristus.


Sebab ada kekuatan-Nya dalam kelemahan saya. Ketika Mama saya berpulang seharusnya saya mengalami "raungan" tangisan yang tidak mampu saya tahan. Apalagi Mama sudah menjadi urat nadi kehidupan saya dimana semua kesedihan dan kegembiraan selalu ditumpahkan kepada Mama. Namun pada titik ketika saya mengalami kebaikan Tuhan Yesus dalam hidup, saya mampu berkata sambil tersenyum kecil, “ini semua karena ada Tuhan Yesus.” Tanpa memberikan penjelasan apapun, setiap orang Kristiani tentunya akan mengerti. Dan pertanyaan yang sering sekali ditanyakan adalah, “kok kamu bisa tegar banget?” atau “kamu baik-baik ajah yah kan?” bahkan banyak senyuman sahabat (yang terlihat lega dengan keadaan saya yang  porak-poranda) yang membuat saya mengucap syukur bahwa kekuatan Tuhan luar biasa, melebihi ekspektasi saya, apalagi saya terkenal sebagai orang yang mudah menangis bersinggungan dengan Mama yang saya sayangi. Yah, saya menangis dan meratap tanpa perlu saya tunjukkan kepada siapapun selain Tuhan Yesus pada saat itu. Itukah yang sering dihakimi bahwa orang Kristiani tidak menyayangi orang tua hanya karena mereka tidak memerlihatkan kesedihan yang berlebihan? Tidak ada seorang pun yang mengerti hati orang lain dengan begitu baik kecuali Tuhan Yesus.

Tentu, seperti Abraham setelah meratap dan menangis, dia bangkit kembali untuk mengurus jenazah Sara. Seperti itu pula baiknya pekerjaan Tuhan dalam hidup saya ketika saya dimampukan untuk mengurus semua itu dengan baik. Kekuatan yang tidak pernah terlintas dan kita mengerti, sampai ketika kita mengalaminya sendiri. Pastinya, itu bukan kekuatan saya. 

Kebanyakan orang berpendapat terhadap situasi saya dimana sebagian dari mereka mungkin akan menangis meraung-raung, kebingungan, atau apapun yang bisa melemahkan kekuatan, pikiran dan perasaan mereka. Tetapi Tuhan tidak memberikan roh lemah kepada anak-anakNya dan bersyukur bahwa kami (saya dan keluarga) diberikan Roh Kuat di dalam Dia sehingga setiap orang-orang dapat melihat, ini loh karya kekuatan-Nya Tuhan (tidak ada maksud memegahkan saya dan keluarga tetapi lebih memegahkan Tuhan Yesus yang luar biasa). Meskipun ada kendala-kendala namun semuanya selesai dengan sangat baik dan lancar.

Kita tidak dikehendaki untuk berlarut-larut dalam ratapan dan tangisan. Seperti Abraham, kita diharapkan untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Mungkin ada misi-misi memuliakan-Nya yang dirindukan oleh kerabat, orang tua, atau sahabat kita yang berpulang duluan, jika kita tergerak untuk melanjutkan misi dan kita mampu melakukannya, lakukanlah dan jadikan motivasi yang baik dalam hidup kita serta minta tuntunan-Nya yang benar.

Yah, menjawab orang-orang yang mengatakan Kristiani tidak menyayangi orang tuanya itu sepenuhnya salah. Saya sendiri menyanyangi orang tua dengan meminta tuntunan Tuhan karena saya sendiri mengetahui bahwa saya tidak sempurna. Kalaupun hari-hari ini, saya terlihat tegar itu sekali lagi karena Peran-Nya sehingga sesulit apapun saya hanya mencari Dia yang memelihara saya; menangis, meratap, dan mencari pertolongan di dalam Dia. Menyayangi orang tua dengan cara; tidak memerlihatkan beban dan tanggungan hidup yang mungkin sangat sulit untuk kita lewati. Hanya sekedar memberikan mereka ruang lega agar tidak ikut menanggung beban berat yang seharusnya menjadi tanggungan kita dan keluarga kecil kita sekarang ataupun nanti. Tanggungan beban kita pula dapat kita bawa ke dalam sharing dengan saudara seiman setelah meminta penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita. God First!

Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62:8)
Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang

4 comments:

  1. Very blessed when read it.. thx for the share... :D Jesus bless u abundantly...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kunjungannya. Jesus bless you abundantly too. Keep on fire! :)

      Delete
  2. Dalam pandangan secara Alkitabiah, mengasihi orang tua itu seharusnya dilakukan saat mereka masih hidup. Hal ini sangat berbeda dengan pandangan lain yang berupaya melakukan berbagai hal setelah orangtuanya meninggal dengan harapan dan ketidakpastian. Refleksi yang indah! Percayalah pada waktunya semua akan kembali bersama :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju! Mengasihi sewaktu mereka ada. Haha terima kasih kunjungannya ya, Jesus bless you.

      Delete