Saturday, June 20, 2015

Gegabah!


Ayat bacaan Kejadian 15-16
Kejadian 16:2  Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
link

Begitu patuhnya Abram kepada istrinya yang merindukan seorang anak setelah puluhan tahun menanti, bahkan di usianya yang tua. Tanpa membantah, Abram menuruti keinginan istrinya. Padahal Allah telah berjanji kepada Abram mengenai keturunan.


Kejadian 15:5  Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

Namun saat dimintai istrinya untuk bergaul dengan Hagar, Abram seolah melupakan janji Allah yang tak teringkar. Ataukah tidak terdapat iman di dalamnya? Kebiasaan jaman dulu dimana seorang istri yang mandul akan memberikan hambanya kepada suami untuk melahirkan keturunan yang nantinya akan diberikan kepada tuannya dikerjakan oleh Sarai, secara adat kebiasaan, Sarai sama sekali tidak melanggar aturan. 


Hanya saja, Abram terlalu gegabah mengambil langkah tanpa bergumul atau mencoba bertanya kepada Allah tentang jalan yang disediakan. Dia tidak berhati-hati menentukan langkah. Dia lebih menuruti apa yang dipikirnya logis daripada dibelenggu iman untuk tetap percaya pada janji Allah yang telah menuntun jalannya sejauh ini. Akibatnya terjadi perpecahan antara Sarai dan Hagar. Keputusan Abram yang bertindak dengan logikanya sendiri menciptakan sebuah perpecahan. Dia hanya menambah masalah pada keluarga dan lingkungannya.

Akhir april lalu, saya mengalami musibah dengan kisah serupa dengan Abram. Malam itu, karena menuruti sifat saya yang gegabah, saya terburu-buru menjenguk ibunda teman yang sedang sekarat. Karena tidak bijak, saya malah ketinggalan barang yang seharusnya saya berikan kepadanya. Saat itu, Roh Kudus memberi hikmat agar saya tidak usah kembali ketika ingat ada barang yang ketinggalan itu, namun saya lebih menuruti ego saya yang merasa mubazir kalau barang itu tidak terbawa. 

Akibat tergesa-gesa, saya pun terjatuh ketika kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Dan pastinya membatalkan rencana jenguk malam itu serta memberikan luka membekas di jari saya dan lebam di hampir sekujur tubuh. Logika saya berpikir bahwa saya harus buru-buru untuk mengejar waktu acara adik yang menemani saya. Terlebih dahulu, dia sudah mengatakan bahwa dia punya janji yang malam itu harus dipenuhi sementara begitu kuat perasaan saya bahwa malam itu adalah kesempatan yang bisa jadi yang terakhir untuk menghibur, menguatkan, dan mendoakan secara langsung. Sepertinya malam itu, Roh Kudus bekerja dengan begitu kuat, karena kemudian besok sore ibundanya meninggal.

Saya bermaksud menuruti Roh Kudus namun mengindahkan kelemahan yang berhasil menguasai saya sehingga saya tidak peka untuk bertindak lebih berhati-hati dan mendatangkan begitu banyak akibat yang malah menjadi batu sandungan. 

Kisah Abram yang hampir serupa dengan musibah yang saya alami memperingatkan kita untuk bertindak lebih hati-hati. Tidak dengan mudahnya menuruti kelemahan ego kita. Dan membiarkan Roh Kudus yang memimpin langkah kita. Dia tidak pernah salah ketika memberikan arahan maupun nasehat. Justru kalau kita menuruti sikap kita, logika, maupun pikiran kita yang terkadang terasa benar dan membangkang dari suara Roh Kudus, kita akan memetik akibat yang seringkali membuat kita menyesal dan mendatangkan masalah tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi orang lain.

Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment