Ayat Bacaan 1
Timotius 4:1-16
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. (1 Timotius 4:7-8)
Latihan? Apa yang kita pikirkan
apabila kita mendengar kata “latihan”?
![]() |
link |
Kamus besar bahasa Indonesia
menerjemahkan “latihan” sebagai “pembiasaan diri atau kemampuan” untuk suatu
hal. Namun sebagian dari kita pasti mengerti tentang “latihan” dimana kita
harus melakukan hal-hal yang sama berulang kali sampai kita terbiasa akan hal
tersebut.
Dulu, saya sempat menggemari
olahraga bola basket sehingga ketika teman-teman saya yang lain bermain dengan
lincahnya, saya sempat iri dan ingin selincah dan sehebat mereka. Kebetulan
adik saya seorang pemain basket, suatu kali saya memintanya untuk mengajarkan
saya beberapa teknik bermain bola basket untuk pemula.
Sebagai pemula, saya diajarkan
terlebih dahulu untuk menguasai teknik mendribel bola. Tidak semudah
kelihatannya, mendribel bola itu sepatutnya dapat ditangkap oleh telapak tangan
ketika bolanya memantul ke atas saat kita mendribel. Namun yang saya lakukan
malah menampar bola, alih-alih menangkapnya, bola itu malah lari kemana-mana. “Latihan
sampai bisa baru boleh main,” katanya kepada saya. Dan saudara/i tahu kalau
latihan dasar seperti ini pun akan masuk dalam titik jenuh. Bayangkan saja,
saya harus latihan sampai batas yang tidak ditentukan sehingga mampu menguasai
teknik mendribel bola tersebut. Yah, saya harus latihan sampai terbiasa untuk
boleh terlibat dalam permainan.
Latihan memang sesuatu yang
melelahkan karena terjadi berulang-ulang, tidak heran jika banyak orang
menyerah begitu saja pada suatu titik karena merasa jenuh dan tidak mengalami
peningkatan. Bagaimana dengan ibadah? Tidak usah membahas tentang persekutuan
pribadi dengan Tuhan Yesus yang dilakukan dengan taat setiap hari, sebagian
orang percaya bahkan belum bisa taat, tekun, dan setia pada ibadah mingguan
Gereja, karena apa? Terkadang hal-hal lain seperti “mendengarkan dongeng” lebih
menarik daripada ibadah. Saya pribadi menerjemahkan “dongeng” itu seperti kisah
dan cerita dunia baik seputar gosip, jalan-jalan, dan kegiatan sejenis lainnya.
Bukan berarti setiap orang
percaya yang pernah berhalangan hadir dalam persekutuan dan ibadah itu
mengalami ketidak-displinan. Ada case khusus
yang terkadang tidak bisa dengan gamblang mereka jelaskan. Namun mereka yang
disiplin pasti akan tetap mencari Tuhan dimana pun mereka berada. Orang percaya
dengan “kerajinan yang kendor” itu diidentikkan mereka yang rela menggantikan
jam-jam seharusnya beribadah dengan kebutuhan daging yang biasanya dimanfaatkan
oleh si jahat untuk memundurkan langkah iman mereka.
Sebaliknya, bagi orang percaya
yang tekun, taat, dan setia melakukan persekutuan yang intim dengan Tuhan,
mereka tidak akan terpengaruh oleh tipu daya roh penyesat dan ajaran setan yang
disebutkan pada 1 Timotius 4:1, karena Roh Kudus di dalamnya besar, sehingga
peringatan-peringatan yang telah dituliskan selalu dapat diwaspadai. Mereka
akan jauh lebih peka dan tetap menaati peringatan Roh Kudus kemana pun mereka
berjalan.
Sudahkah kita melakukan ibadah
dan persekutuan yang intim dengan Tuhan Yesus?
Memulai kedisiplinan tidaklah
mudah, kita harus mengalami masa-masa yang sulit karena mengubah kebiasaan kita
yang (mungkin) berbeda jauh dengan ketekunan rohani yang seputar doa, pujian,
penyembahan, dan Firman Tuhan. Namun segala sesuatunya haruslah dimulai terlebih dahulu, bukan dengan
penundaan untuk memulainya, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi
di hari esok. Ada satu lagu yang sangat memberkati dengan lirik, “hari ini
milikmu... saat ini milikmu. Hidup ini bukan permainan yang kau duga.” Kemudian
ada kata-kata yang sangat mencelikkan mata kita untuk memandang bahwa setiap
harinya berharga, “...besok mungkin tiada lagi.” Lagu ini diproduksi Samaria
Production House dan sangat sering saya dengar di Radio Samaria, 97.9 FM
Pontianak. Lagu ini sangat menohok hati saya sehingga saya disadarkan harus
menghargai setiap detik yang saya lalui setiap harinya. Tidak boleh ada
penundaan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi keesokan harinya.
Ketika kita memiliki kebiasaan
baru dalam memelihara ketekunan
dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus, maka seperti kebiasaan kita makan tiga
kali sehari, kita tidak akan bisa melewatkan setiap persekutuan yang kita
bangun dengan Tuhan Yesus satu hari pun. Kedisiplinan akan membawa kita pada ketaatan
melakukan Firman Tuhan dan persekutuan yang intim dengan Tuhan Yesus sehingga
apapun yang kita lakukan, perbuatan kita boleh berkenan di hadapanNya. Selain
itu, apabila kita setia pada perkara-perkara kecil, Tuhan telah berjanji akan
memercayakan perkara yang jauh lebih besar kepada kita baik dalam pemberian karunia
dan berkat menjadi alat-Nya untuk segala pekerjaan Tuhan dalam memuliakan dan
mengagungkan namaNya.
Akan lebih baik dalam memelihara
ketekunan; adalah baik menyadari bahwa kita perlu bertekun dalam persekutuan
dengan Tuhan, kita harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, membuat
jadwal persekutuan pribadi setiap harinya dan meminta penyertaan Tuhan untuk
mengingatkan komitmen kita, membuat memo peringatan diri agar tidak jatuh dalam
ikatan sifat daging, menjauhkan diri dari kumpulan pencemooh yang dapat membawa
kita pada dosa yang diperbuat melalui lidah, tidak mudah menyerah, mengingat
pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib yang membebaskan kita yang berdosa
sehingga kita bisa kembali bersekutu denganNya, kemudian yang terutama
mengasihi dan mencintai Tuhan Yesus lebih dari apapun dan mengikat diri untuk
senantiasa menyadari bahwa apapun yang kita miliki baik kemampuan, harta, dan
tahta semuanya berasal daripadaNya agar kita tidak bermegah atas diri sendiri.
Tidak lupa, mengucap syukur untuk setiap keadaan.
Setiap usaha yang kita lakukan,
tidak ada yang sia-sia di hadapanNya meskipun kita tidak dapat melihatnya
dengan mata fisik. Kedisiplinan merupakan salah satu katalisator bagi manusia yang bukan merupakan
anugerah, namun katalisator pertumbuhan iman yang dapat kita usahakan. Lain
dengan dua katalisator “lingkungan” dan “manusia lain” yang merupakan anugerah
yang diberikan Tuhan kepada manusia. (sumber “katalisator” dan “kedisiplinan” :
www.pesta.org pelajaran “Pertumbuhan Rohani
Kristen”)
Marilah kita berdoa, Tuhan
Yesus... ajarilah kami menjadi pribadi yang disiplin, taat, tekun, dan setia
melatih diri kami dalam beribadah. Kami tidak akan masuk pada titik jenuh
seperti yang dirasakan oleh sifat kedagingan. Dalam pimpinanMu setiap waktu,
kami mau memperoleh persekutuan yang intim bersamaMu, Bapa, karena kami
mengasihiMu. Terima kasih Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.
Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang
No comments:
Post a Comment