Ayat bacaan Bilangan 11:1-3
Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut1 di hadapan Tuhan tentang nasib buruk2 mereka, dan ketika Tuhan mendengarnya bangkitlah murka-Nya3, kemudian menyalalah api Tuhan di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan4. (Bilangan 11:1)
![]() |
http://www.godisreal.today/fire-god/ |
Bahasan pertama kali ini, marilah kita melihat pada bersungut-sungut yang tentu saja kita
maknai sebagai keluhan. Bagaimana jika ada orang yang mengeluh di dekat kita?
Yah, pasti kita dibuat pusing dan terasa bising
dengan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. Bahkan tidak dipungkiri,
suasana hati kita akan terbawa ke arah yang negatif. Semangat pun akan padam
dengan mudahnya apabila mendengar orang di sekeliling kita mengeluh. Bayangkan saja,
apalagi kalau hal-hal yang dikeluhkan orang adalah hal yang sudah pasti tidak
perlu dikeluhkan. Misalnya, si A diberikan pekerjaan setumpuk yang memang harus
dikerjakannya tetapi si A sangat hobi mengeluh tentang pekerjaannya yang banyak
padahal sudah kewajibannya untuk menyelesaikannya. Lah? Pernah ketemu?
Patut disadari adalah mengeluh
tidak akan menyelesaikan masalah, mengeluh jika dimaksudkan untuk mengeluarkan
unek-unek, saya jamin mengeluh hanya membuat beban di hati orang tersebut
bertambah. Dia akan bertambah resah dan pekerjaannya pun akan lebih sulit
diselesaikan.
Hati yang gembira membuat muka berser-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat (Amsal 15:13)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal 17:22)
Benar apa yang dituliskan dalam
alkitab bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur namun hati yang pedih
dan penuh keluhan hanya akan mematahkan semangat. Nah yang kedua, bagaimana jika
kita hubungan dengan nasib buruk sehingga
kita boleh mengeluh? Siapa bilang?
Bagaimana kita memandang nasib buruk? Apakah seperti orang Israel
memandang keluarnya mereka dari perbudakan adalah nasib buruk? Mereka melihat
begitu banyak campur tangan Tuhan dalam perjalanan mereka bahkan dipimpin
langsung dengan tiang awan dan tiang api Tuhan, juga disediakan seorang nabi
yang bisa berkomunikasi langsung dengan Allah, namun mereka masih tidak
memiliki iman untuk percaya tuntunan Tuhan akan membawa mereka ke tanah
perjanjian.
Pernahkah kita merasakan nasib
buruk (mungkin seperti yang orang Israel alami)? Bukankah tidak seorang pun
dari kita yang tidak memiliki pergumulan? Apakah sebenarnya kita memang
bernasib buruk ataukah pikiran kita yang mengutuki nasib kita sendiri? Jangan membiarkan
pikiran negatif kita yang berdaulat atas kehidupan kita. Semua orang pasti
pernah merasakan kondisi paling rendah, namun kita tidak berhak mengutuki hidup
kita sendiri. Apabila kita masuk dalam masa pencobaan yang lebih sulit di
banding sebelumnya, kita tengah memasuki level selanjutnya yang dapat membawa
kita lebih bijaksana dibandingkan sebelumnya. Ketika kita memasuki masa sulit,
bersandarlah kepada Tuhan, biarlah Tuhan yang berdaulat atas hidup kita.
Ketiga, sebagian manusia bersungut-sungut akan
hidupnya yang buruk di hadapan Tuhan. Tidak dapat disangkal, di waktu-waktu
tertentu sebagian manusia bukannya meminta pertolongan kepada Tuhan, malah
menyalahkan Tuhan atas hidupnya yang buruk. Apakah Tuhan merancangkan hal-hal
yang buruk? Ayat Yeremia 29:11 patut menjadi pegangan dalam hidup kita untuk
menjawab semua kebingungan kita yang berada dalam masa-masa yang sangat sulit
atau menurut kita sulit.
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7)
Terkadang kita tidak sabar untuk
menanti dengan iman atas janji Tuhan yang tidak pernah ingkar. Alkitab
menuliskan, Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, apapun yang ditabur
maka itu pun yang akan dituai. Maukah kita menuai murka-Nya apabila dengan
sangat rajin kita bersungut-sungut atas hidup yang menurut kita buruk?
Allah Maha Pengasih, bahkan di
ayat naas saja menunjukkan betapa besar kemurahan hati-Nya. Ketika Allah murka,
Api Tuhan hanya menyala di tepi perkemahan, tidak serta merta menjatuhkan
korban anak-anak kesayangan Allah. Di sana, kita bisa melihat bahwa Allah
memberikan peringatan kepada anak-anakNya. Dia hanya mengingatkan anak-anakNya
bahwa apa yang mereka lakukan saat itulah adalah salah. Hal keempat
ini patut kita renungkan, pernahkan Allah memberikan tanda-tanda peringatan
kepada kita? Baik melalui hamba-Nya, hati nurani kita, ayat alkitab yang kita
baca, ataupun orang-orang di sekeliling kita. Perhatikanlah apabila Tuhan memperingatkan kita, renungkan apa yang telah kita perbuat selama ini, memohon ampun dan perbaiki sikap hati dan perbuatan kita saat menyadarinya. Ke-MahaKuasa-an Allah tidak bisa
dibatasi ketika Dia menggunakan cara-cara ajaibNya untuk berkomunikasi dengan
anak-anakNya.
Marilah berdoa! Ya Allah Bapa
kami yang pengasih, terima kasih atas kemurah-Mu, Ampuni segala sikap hati dan
perbuatan yang tidak berkenan di hadapan-Mu. Ya Tuhan, ajarilah kami untuk
tidak bersungut-sungut baik di hadapan-Mu ataupun sesama kami. Kami sadar bahwa
mengeluh tidak mengerjakan kebenaran, ajarilah kami terus mengandalkan dan
bersandar pada-Mu di setiap musim hidup kami, ajarilah kami lebih peka
mengenali kehendak-Mu dalam hidup kami. Terima kasih ya Tuhan, Engkau
memberikan kami persekutuan yang manis bersama-Mu. Puji syukur, hormat, dan
kemuliaan hanya bagi-Mu. Amin.
Tuhan Yesus memberkati
------
Lily Zhang
No comments:
Post a Comment