Friday, December 4, 2015

Rajin Mengeluh



Ayat bacaan Bilangan 11:1-3
Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut1 di hadapan Tuhan tentang nasib buruk2 mereka, dan ketika Tuhan mendengarnya bangkitlah murka-Nya3, kemudian menyalalah api Tuhan di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan4. (Bilangan 11:1)
http://www.godisreal.today/fire-god/

Bahasan pertama kali ini, marilah kita melihat pada bersungut-sungut yang tentu saja kita maknai sebagai keluhan. Bagaimana jika ada orang yang mengeluh di dekat kita? Yah, pasti kita dibuat pusing dan terasa bising dengan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. Bahkan tidak dipungkiri, suasana hati kita akan terbawa ke arah yang negatif. Semangat pun akan padam dengan mudahnya apabila mendengar orang di sekeliling kita mengeluh. Bayangkan saja, apalagi kalau hal-hal yang dikeluhkan orang adalah hal yang sudah pasti tidak perlu dikeluhkan. Misalnya, si A diberikan pekerjaan setumpuk yang memang harus dikerjakannya tetapi si A sangat hobi mengeluh tentang pekerjaannya yang banyak padahal sudah kewajibannya untuk menyelesaikannya. Lah? Pernah ketemu?


Patut disadari adalah mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, mengeluh jika dimaksudkan untuk mengeluarkan unek-unek, saya jamin mengeluh hanya membuat beban di hati orang tersebut bertambah. Dia akan bertambah resah dan pekerjaannya pun akan lebih sulit diselesaikan. 


Hati yang gembira membuat muka berser-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat (Amsal 15:13)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal 17:22)

Benar apa yang dituliskan dalam alkitab bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur namun hati yang pedih dan penuh keluhan hanya akan mematahkan semangat. Nah yang kedua, bagaimana jika kita hubungan dengan nasib buruk sehingga kita boleh mengeluh? Siapa bilang? 

Bagaimana kita memandang nasib buruk? Apakah seperti orang Israel memandang keluarnya mereka dari perbudakan adalah nasib buruk? Mereka melihat begitu banyak campur tangan Tuhan dalam perjalanan mereka bahkan dipimpin langsung dengan tiang awan dan tiang api Tuhan, juga disediakan seorang nabi yang bisa berkomunikasi langsung dengan Allah, namun mereka masih tidak memiliki iman untuk percaya tuntunan Tuhan akan membawa mereka ke tanah perjanjian.

Pernahkah kita merasakan nasib buruk (mungkin seperti yang orang Israel alami)? Bukankah tidak seorang pun dari kita yang tidak memiliki pergumulan? Apakah sebenarnya kita memang bernasib buruk ataukah pikiran kita yang mengutuki nasib kita sendiri? Jangan membiarkan pikiran negatif kita yang berdaulat atas kehidupan kita. Semua orang pasti pernah merasakan kondisi paling rendah, namun kita tidak berhak mengutuki hidup kita sendiri. Apabila kita masuk dalam masa pencobaan yang lebih sulit di banding sebelumnya, kita tengah memasuki level selanjutnya yang dapat membawa kita lebih bijaksana dibandingkan sebelumnya. Ketika kita memasuki masa sulit, bersandarlah kepada Tuhan, biarlah Tuhan yang berdaulat atas hidup kita. 

Ketiga, sebagian manusia bersungut-sungut akan hidupnya yang buruk di hadapan Tuhan. Tidak dapat disangkal, di waktu-waktu tertentu sebagian manusia bukannya meminta pertolongan kepada Tuhan, malah menyalahkan Tuhan atas hidupnya yang buruk. Apakah Tuhan merancangkan hal-hal yang buruk? Ayat Yeremia 29:11 patut menjadi pegangan dalam hidup kita untuk menjawab semua kebingungan kita yang berada dalam masa-masa yang sangat sulit atau menurut kita sulit.


Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7)

Terkadang kita tidak sabar untuk menanti dengan iman atas janji Tuhan yang tidak pernah ingkar. Alkitab menuliskan, Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, apapun yang ditabur maka itu pun yang akan dituai. Maukah kita menuai murka-Nya apabila dengan sangat rajin kita bersungut-sungut atas hidup yang menurut kita buruk? 

Allah Maha Pengasih, bahkan di ayat naas saja menunjukkan betapa besar kemurahan hati-Nya. Ketika Allah murka, Api Tuhan hanya menyala di tepi perkemahan, tidak serta merta menjatuhkan korban anak-anak kesayangan Allah. Di sana, kita bisa melihat bahwa Allah memberikan peringatan kepada anak-anakNya. Dia hanya mengingatkan anak-anakNya bahwa apa yang mereka lakukan saat itulah adalah salah. Hal keempat ini patut kita renungkan, pernahkan Allah memberikan tanda-tanda peringatan kepada kita? Baik melalui hamba-Nya, hati nurani kita, ayat alkitab yang kita baca, ataupun orang-orang di sekeliling kita. Perhatikanlah apabila Tuhan memperingatkan kita, renungkan apa yang telah kita perbuat selama ini, memohon ampun dan perbaiki sikap hati dan perbuatan kita saat menyadarinya. Ke-MahaKuasa-an Allah tidak bisa dibatasi ketika Dia menggunakan cara-cara ajaibNya untuk berkomunikasi dengan anak-anakNya.

Marilah berdoa! Ya Allah Bapa kami yang pengasih, terima kasih atas kemurah-Mu, Ampuni segala sikap hati dan perbuatan yang tidak berkenan di hadapan-Mu. Ya Tuhan, ajarilah kami untuk tidak bersungut-sungut baik di hadapan-Mu ataupun sesama kami. Kami sadar bahwa mengeluh tidak mengerjakan kebenaran, ajarilah kami terus mengandalkan dan bersandar pada-Mu di setiap musim hidup kami, ajarilah kami lebih peka mengenali kehendak-Mu dalam hidup kami. Terima kasih ya Tuhan, Engkau memberikan kami persekutuan yang manis bersama-Mu. Puji syukur, hormat, dan kemuliaan hanya bagi-Mu. Amin. 

Tuhan Yesus memberkati
------
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment