Friday, May 29, 2015

Berharap-harap cemas



Ayat bacaan : Kejadian 18:1-15
Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?" (Kejadian 18:12)
link

Pernahkah kita mempertanyakan pekerjaan Tuhan yang terasa mustahil di pikiran kita? Hanya diri kita yang bisa menjawab di hati dengan jujur apa yang kita rasakan. Apakah kita sama dengan Sara dan Abraham (Kejadian 17:17) yang tidak ditemukan iman di dalamnya? Mereka bersikap seperti itu karena mereka membiarkan kelemahan mereka menguasai diri, itu yang dikenal kecemasan. Tuhan berjanji di usia senja mereka. Kecemasan menuntun langkah mereka bahkan membuat keduanya harus mengambil Hagar untuk melahirkan keturunan untuk Abraham. Di sini juga, Sara cemas dengan usianya yang tua dan tidak percaya dengan dirinya yang telah mati haid.


Kejadian 18:13-14

13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?

14 Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki." 

Jelas sekali pada ayat 13 bahwa Dia bukan Allah yang tidak tahu dan tidak mengenal hati umat-Nya. Manusia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Allah. 

Sekalipun tidak dipercaya, ayat 14 mencatat Tuhan meyakinkan Abraham tetap akan menggenapi janji-Nya yang telah diFirmankan dari pasal 15 sampai pada 18. Di sini, kita melihat bahwa Tuhan tidak pernah ingkar sekalipun tidak ada iman di dalam Abraham dan Sara, bahkan Dia tidak membatalkan perjanjian-Nya karena kasihNya yang tiada batas.

Kenapa Tuhan berFirman berkali-kali? Karena Tuhan begitu mengenal hamba-Nya. Dia tidak menemukan iman Abraham seperti yang semula, ketika Abraham dengan patuh mengikuti petunjuk Tuhan untuk meninggalkan tanah tempatnya berdiam semenjak lahir. Oleh karena itu, berkali-kali Tuhan menegaskan perjanjian-Nya tentang keturunan kepada Abraham. 

Guys, kalau mau jujur, sebagian dari kita pasti pernah mengalami hal yang sama seperti Sara dan Abraham. Ada waktu-waktu dimana kita tidak percaya mujizat itu masih ada dan disediakan bagi kita karena kita membiarkan akal budi yang lemah menguasai kita. Di waktu tertentu, terkadang kita perkatakan bahwa kita percaya mujizat itu nyata tetapi hanya karena kita mengharap-harap cemas mujizat itu terjadi di dalam kita. Mungkin kita belum bisa percaya sepenuhnya bahwa mujizat itu akan terjadi. Apabila kita sungguh yakin dengan "bulat-bulat" bahwa mujizat disediakan Allah bagi yang mengasihi-Nya, Dia akan menyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita. "Bulat-bulat" bisa diartikan sepenuh hati (tanpa ragu sedikitpun)

Jadi di sini, kita harus bisa membedakan antara berharap-harap cemas mujizat terjadi dan sepenuh hati percaya mujizat disediakan dan terjadi dalam hidup orang percaya dalam doa dan kebenaran.

Sebagian orang di saat diterjang badai, berharap kepada Tuhan, berusaha sekuat tenaga untuk berdoa dan berbuat untuk menyenangkan Tuhan namun tetap membawa beban cemas di dalamnya. Kecemasan itu menjadikan sebuah tanda akan keraguan terhadap pekerjaan yang sanggup Tuhan lakukan dalam hidup kita. Sejauh apapun kita berpikir meski di kedalaman hati kita, Tuhan sangat mengenal dan memahami kita, namun seperti Dia tetap memenuhi janji-Nya kepada Abraham, begitu pula Tuhan terhadap sebagian kita yang pernah ragu akan mujizat yang diadakan-Nya. Dia tetap mengasihi kita dan menyatakan mujizat dalam hidup kita sesuai dengan kekayaan kemuliaan-Nya. 

Lebih baik kita belajar untuk menumbuhkan iman, daripada berharap-harap cemas tentang hidup kita ke depan atau pergumulan yang sedang kita hadapi. Kita bisa tetap percaya Tuhan tidak meninggalkan pekerjaan tangan-Nya dan berharap tanpa menambahkan kecemasan di dalamnya ketika kita berserah penuh ke dalam tangan Tuhan. Kemudian tetap mensyukuri nikmat dan pertumbuhan iman melalui proses yang diijinkan terjadi oleh-Nya. Seperti tercatat di Yeremia 29:11 bahwa Tuhan tidak pernah merancangkan celaka namun Dia merancangkan damai sejahtera dengan masa depan penuh harapan.

Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang


No comments:

Post a Comment