Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil. (Yohanes 7:24)
“Ah, buah di sana lebih bagus,
itu langsung dari kebunnya,” kata Budi membandingkannya ketika mereka
berbelanja ke pasar bersama Laras.
![]() |
http://lukas-trys.blogspot.com/2012/10/penghakiman-yang-menjatuhkan.html |
“Ini juga dari kebun kok,” balas
Laras yang sudah melihat langsung supplier buah yang sama dengan toko buah yang
dibilang oleh Budi.
“Nggak mungkin, ini kan toko
baru. Nggak mungkin sama dengan yang di sana. Itu udah lama banget loh!” Budi
tidak senang kalau toko buah yang baru ini diperbandingkan dengan toko buah
tempat dia berlangganan. Dia memang setia, tidak pernah sekalipun dia pergi
meskipun ada promo buah besar-besaran beberapa waktu lalu. “Lihat harganya
murah, pasti busuk. Nampak saja kagak, dari harganya sudah tahu kualitasnya.
Kamu jangan mau, entar rusak kesehatan!”
Begitulah ilustrasi orang yang
tidak pernah benar-benar tahu tetapi sudah menghakimi orang lain. Terkadang
manusia berada pada titik ini. Dengan setiap keegoisan dan kesombongan karena
merasa diri sendiri adalah yang paling benar, sebagian dari kita cenderung
menghakimi apa yang belum jelas kita pahami. Bahkan tidak jarang ada saja
orang-orang yang kemudian melecehkan.
Sesungguhnya, untuk menghakimi
sesuatu itu tidak bagus, kita harus memahami terlebih dahulu. Seperti Budi,
sebaiknya kita merasakan buah di toko lain sebelum memperbandingkan keduanya.
Namun yang terjadi seringkali kita memandang itu sesuatu yang baru dan tidak
yakin dengan pengalaman yang dimilikinya sehingga kita cenderung terpasung pada
kebiasaan tanpa mau menerima ajaran atau pengalaman baru yang bisa saja
bermanfaat bagi kita.
Penghakiman itu membuat kita
membatasi diri untuk menerima hal yang baru. Saat-saat ini, kita hanya akan
melewatkan berbagai kesempatan dan pengalaman yang kita butuhkan suatu hari
nanti karena penolakan kita terhadap hal yang baru.
Untuk itu, sebelum kita
benar-benar mengkritik, sebaiknya kita mencari tahu semua kebenarannya terlebih
dahulu dan menganalisanya sebelum kita berpendapat. Selain itu, lebih baik
berpendapat dengan perkataan yang memberkati daripada mengkritik dengan
penghakiman meskipun kita memiliki tujuan yang mulia.
Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang
No comments:
Post a Comment