Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. (Ulangan 5:16)
Seorang cowok tidak mau ngaku waktu ditanya teman ceweknya kalau
Papanya berjualan kue. Kenapa? Karena dia malu dengan pekerjaan Papanya.
Apalagi cowok itu berteman di lingkungan bonafit dengan Papa teman-temannya
yang adalah pemilik perusahaan. Girls,
sebenarnya mengapa kita harus malu dengan kehidupan nyata kita yang sebenarnya?
![]() | |
Picture by http://www.law.harvard.edu/students/dean/parents.php |
Tuhan sudah menitipkan orang tua kepada kita yang terbaik namun kita
malah malu, bahkan kecewa dengan orang tua kita. Selain itu, kita malah mulai
membandingkan dengan orang lain. Padahal Tuhan sudah pernah berkata dalam
Ulangan 5:16; Keluaran 20:12 tentang menghormati orang tua. Pengakuan kita
terhadap orang tua merupakan salah satu cara kita menghormati keberadaan
mereka.
Terkadang kita harus mengerti mengapa Tuhan menempatkan mereka dalam
hidup kita. Bisa banyak alasan kita memiliki orang tua yang mungkin mengecewakan
kita misalnya Yesus ingin memulihkan hubungan kita dengan-Nya, membuat kita
berusaha untuk semakin bertumbuh, atau mengajari kita bersyukur untuk setiap
hal yang telah kita miliki.
Jika kita melihat, masih banyak anak-anak kurang beruntung yang tidak
memiliki orang tua, bahkan ditelantarkan orang tua. Bahkan mereka akan senang
apabila memiliki orang tua seperti yang kita miliki sekurang apapun menurut
kita. Tidakkah kita senang atas keadaan kita? Tidak ada sesuatu pun yang patut
kita perbandingkan karena pada setiap keadaan hidup, semuanya memiliki
kekurangannya.
Apa yang kita lihat dengan mata, belum tentu apa yang Tuhan lihat
baik. Percaya saja dengan rencana Tuhan dan tetap hormati Ayah-Ibumu. Mengakui
orang tua kita yang mungkin ‘kurang’ tidak akan mengurangi teman-teman
sejatimu. Sebab orang tua kita telah berusaha berjuang untuk memenuhi segala
kebutuhan kita, bahkan kita makan dan hidup dari keberadaan yang malu kita
akui.
Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang
No comments:
Post a Comment