“Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2)
 |
http://id.aliexpress.com/w/wholesale-clash-of-clans/2.html |
Sebagai seorang penulis yang
senang merenung, saya tidak memaksakan bahwa pendapat ini ke dalam diri para
pembaca. Mungkin banyak yang protes atau sekedar beranggapan saya terlalu menggurui tetapi apapun anggapan Anda
(baca: pembaca) saya hanya berusaha membagikan apa yang saya dapatkan kali ini.
Kontroversial sekali judulnya
apalagi mengangkat nama COC (Clash of Clans) yang sangat banyak peminatnya. Di
sini, saya tidak mengatakan bahwa game ini tidak bagus namun di sini kita
belajar me
manage diri sendiri. Memakai
COC sebagai contoh karena game ini masih hangat dan sangat “menginfeksi”. Tidak
sedikit saya mendengar keluhan beberapa orang terkait
kecanduan-nya pacar, teman, kerabat sehingga mereka seolah ter
sihir oleh permainan itu. Bahkan
beberapa diantara mereka harus mencak-mencak marah karena
kurang diperhatikan. Jelas, para gamer COC lebih perhatian dengan
notifikasi yang muncul di
smartphone
mereka dibandingkan dengan orang-orang di sekeliling mereka.
Tidak terlepas juga, game lain
seperti Get Rich, Criminal Case, Candy Crush, Hero Sky, dan lain sebagainya.
Namun lebih banyak keluhan ketika gamer mulai lebih sibuk dengan demam COC ini
dibandingkan dengan lainnya.
Bukankah seharusnya manusia
memiliki otoritas berkuasa atas barang-barang dunia? Dengan “tidak mau
ketinggalan” itulah manusia mulai diperbudak menjadi hamba pesona dunia.
Apabila kita sampai tidak mau ketinggalan dan melewatkan waktu-waktu kita
dengan online game, sebenarnya kita sudah dalam taraf kecanduan. Ini sama
halnya juga dengan cewek-cewek yang hobi sekali segera menghabiskan drama korea
sehingga hati, pikiran, dan jasmaninya hanya tertuju pada drama itu. Kecanduan
yang pernah saya alami juga. Begitu pula dengan game, saya pernah mengalami
kecanduan yang sama. Saya merasakan akibat jelek dari hal itu. Saya menjadi
malas untuk makan dan melakukan hal berguna lainnya. Dengan begitu, sebenarnya
kita telah menghambakan diri pada pesona fana yang tentu saja akan hilang
begitu saja. Karena sifat fana adalah sementara.
Kecanduan ini akan mengalihkan
fokus kita dari kehendak Allah menjadi kehendak sendiri (kembali ke doktrin
masing-masing) sehingga tentunya banyak hal yang akan malas kita lakukan
seperti hidup sesuai dengan Firman Tuhan dengan rajin membaca Firman Tuhan,
Memuji, dan Menyembah.
Sebenarnya, ada orang yang
mengatakan “kembali ke diri masing-masing” tapi benarkah itu bekerja dengan
baik? Saya pribadi merasa itu tidak bekerja dengan baik karena semakin dalam
kita masuk ke dalam kecanduan itu, semakin terasa menarik dan susah untuk menariknya
ke luar. Jadi permainan dan drama-sinetron, apakah barang fana dunia? Saya rasa
semua mengetahui jawabannya. Bukannya tidak diperbolehkan namun bagaimana kita
memanage diri sendiri untuk tidak
menomorsatukan hal-hal tersebut.
Nah, bagaimana tips yang tepat
untuk meminimalisasi kehendak bebas kita untuk diperbudak kelemahan daging atau
menghilangkannya?
Berdoa. Tidak henti-hentinya pada setiap kelemahan kita, selalu
sarannya adalah berdoa. Ada seorang sahabat mengatakan, berdoa itu simple tapi besar kuasaNya. Benar, meskipun terlihat
simple bahkan kadang terlihat kurang menarik (apabila dibandingkan pesona
dunia) tetapi doa memiliki kuasa yang sangat besar yang sanggup mengubah dan
memulihkan. Tanpa Kasih Karunia, kita tidak dimampukan untuk melekat dan intim
bersama Tuhan. Nah, mengatasi kelemahan pun kita bisa minta tuntunan Tuhan
untuk memampukan kita memperbaiki langkah kita yang tidak dikehendaki Tuhan.
Praise & Worship. Saya tidak tahu apakah banyak di antara kita
yang melakukan pujian penyembahan namun ini bekerja untuk menjaga urapan,
lawatan, dan kerinduan kepada Tuhan. Meninggikan Dia yang telah memberikan
Kasih yang besar ke dalam hidup kita.
Membaca Firman Tuhan. Peminat baca di Indonesia sangatlah kecil
bahkan pada komunitas, Kristiani yang mengenal baik Firman Tuhan pun sangat
sedikit. Sisihkanlah waktu untuk merenungi Firman Tuhan. Bermainlah dengan
penuh sukacita dalam setiap renungan yang selalu mampu mengukuhkan iman kita.
Sebab, semakin kita rajin membaca, semakin kita mengenal Kristus, maka akan
semakin rindu kita terhadap Sang Creator.
Semakin mengenal-Nya, semakin membuat kita haus untuk mengenal-Nya.
Mengekang keinginan. Ikat keinginan kita, bolehlah kita bermain di
waktu-waktu yang telah benar-benar luang setelah membiasakan kegiatan Berdoa,
Praise & Worship, serta Membaca Firman Tuhan. Namun tetap berkuasa atas
semua pesona itu tanpa terikat, kecanduan, dan memanage dengan baik. Kehendak Allah bukanlah segala pesona
dunia.
Perlahan lepaskanlah. Bagaimana cara kita bisa melepaskan dari
pesona ini yang terlihat jauh lebih menarik? Banyak sekali cara melepaskan hal
yang tidak bisa menghasilkan apa-apa, hanya membuang waktu luang kita yang
sebenarnya berharga. Oleh karena itu, cari tahu kegiatan apa yang kita senangi
misalnya; mendengar musik rohani, membaca renungan atau fiksi rohani, membuat
kerajinan tangan, menggambar, bermusik, berolahraga, membangun hubungan dengan
sesama dan lain sebagainya. Banyak hal yang bisa kita lakukan dari sekedar
duduk sambil bermain game atau menonton berlebihan drama/sinetron. Cari hal-hal
yang bisa menghasilkan karya. Berkaryalah! Apapun itu yang penting positif!
Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang