Saturday, April 4, 2015

MEMILIH BENAR berbuat, BENAR berkata, BENAR bukan biasa



Ayat bacaan Kejadian 3:1-24

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. (Kejadian 3:6a)

Hawa berspekulasi dengan buah dari pohon pengetahuan dengan hasil yang telah dikatakan oleh Allah; mati (ay 3). Seperti seorang pemuda yang berspekulasi mencoba-coba untuk mengonsumsi narkoba meskipun sudah banyak gerakan anti-narkoba. Kemudian sama seperti Hawa jatuh dalam dosa, pemuda juga dipengaruhi oleh narkoba dan terpeleset di dalamnya. 
Add link

Setiap manusia diberikan kehendak bebas memilih jalan hidupnya. Apakah pilihannya baik atau buruk, indah atau jelek, kaya atau miskin. Namun semuanya berasal dari pilihannya sendiri dan mendapat akibat dari pilihan itu sendiri. 

Ular menggoda, Adam mendapat mentah-mentah buah dari Hawa. Sementara posisi Hawa, dia bisa memilih tetap percaya dengan firman Tuhan atau terperdaya oleh kelicikan ular. Di sana, Tuhan menguji hati dan ketaatan dari ciptaan-Nya. Namun hasilnya? Manusia jatuh dalam dosa karena tidak lulus dalam hal ketaatan dan kepercayaan. Ini membuktikan betapa penting kepercayaan dan ketaatan firman Tuhan melebihi hal yang tampak baik di mata kita.


Seperti ketika berpuasa, jikalau tidak taat maka dengan mudah kita akan membatalkan puasa dan menikmati apa yang tampak begitu enak di hadapan kita. Apalagi ketaatan kita lebih diuji ketika ada begitu banyak makanan manis dan enak di hadapan kita. Namun hasilnya? Kita akan membatalkan puasa kita sudah kita jalankan berjam-jam hari itu. Padahal kita berpuasa bisa saja untuk meminta berkat di hadapan Tuhan atau apa yang belum kita miliki dalam hidup kita. Namun karena harus batal, kita telah menunda berkat yang telah kita minta. Apakah makanan enak saat itu jauh lebih mahal daripada janji berkat Tuhan yang berkelimpahan?

Seperti itu pula, anak Kristus yang masih senang duduk di antara para penggosip yang mengeluarkan perkataan-perkataan cemooh, cercaan, bahkan merendahkan orang yang sedang dibicarakan. Apabila dinasehati kebanyakan dari kita beralibi, “ah, saya bisa menahan diri, hanya dengar, lagian semua juga begitu!” sebenarnya perkataan itu bohong karena lama kelamaan kita akan terpengaruh bahkan ikut-ikutan mengeluarkan ucapan yang hanya mendatangkan batu sandungan. 

Apa yang tampak indah dan enak tidak berarti benar. Ayam kelihatan enak tetapi tidak berarti benar-benar baik untuk kesehatan. Apa yang kelihatan biasa dan banyak dilakukan orang, belum tentu benar. Orang selalu terlambat (baca : budaya ngaret indonesia) itu menjadi kebiasaan sebagian besar orang tetapi pasti secara tata krama itu tidak benar.

Apabila kita tahu itu tidak benar, hindari dan bukannya menguji kebaikan Tuhan dengan tetap nekat melakukan hal salah (yang biasa dilakukan kebanyakan orang maupun baik dilihat) dan berpikir Tuhan akan selalu mengampuni setiap dosa-dosa itu. Apakah kita mau menguji Tuhan? (Matius 4:7)

Berteman dengan para penggosip seperti ini pula kita dapat memilih untuk meminimalkan waktu bersama-sama dengan mereka. Namun, kita juga dapat mengajak teman-teman kita itu untuk membahas hal-hal yang memberkati. Dekatilah mereka menurut pimpinan Roh Kudus ketika mereka terpeleset jatuh dalam hidup mereka, keadaan yang tidak normal seperti biasanya. 

Hanya membatasi intensitas pergaulan bukannya menghindari teman-teman yang hidupnya berputar dalam cemoohan masalah hidup orang lain atau tidak berteman dengan mereka. Berbuat seperti itu hanya akan menjadi batu sandungan kita untuk mengenalkan firman Tuhan tentang keselamatan kepada mereka.

Jangan pernah takut berbuat dan berkata benar walaupun kita bisa saja menjadi berbeda pendapat dan cara dengan orang lain. Andalkan Roh Tuhan yang telah dikaruniakan ke dalam kita sehingga perkataan, perbuatan bukan lagi atas dasar pengertian kita yang terbatas, tetapi hikmat-Nya yang berjalan bersama kita sehingga kita dimenangkan dalam setiap perkara.

Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment