Thursday, September 25, 2014

Terlihat menakutkan si "Pertama"

Kesempatan pertama selalu paling sulit. Saya masih ingat perasaan yang saya alami pertama kali saya mengangkat tangan dalam penyembahan. Saya merasa tidak percaya diri. Namun begitu melakukannya, kesempatan berikutnya jauh lebih mudah (Believe That You Can, Jentenzen Franklin hal 124 paragraf 2)
Pernah mengalaminya?
Hal yang persis sama terjadi padaku ketika pertama kali, aku bersorak kepada Tuhan. Bahkan aku mengangkat tangan tidak melewati kepala karena pengaruh satu kata "malu".
http://reskisululing.blogspot.com/2012/01/kerapuhan-langkah.html

Sesuatu yang pertama selalu mengundang ketegangan dan gentar untuk melakukannya. Tetapi satu kali itu membuat aku membuka kesempatan di kali lain untuk terbiasa melakukan hal itu.
Kali-kali pertama yang menggetarkan hati terjadi sangat banyak kali dalam hidupku. Pertama meminta ijin pembaptisan kepada Papa yang pakem sekali dengan kepercayaan nenek moyang, pertama kali menerima tubuh dan darah Kristus yang kebahagiaannya tidak akan pernah kulupakan dan tanggal 17 november 2013 itu menjadi bagian sejarah hidupku.

Pertama kali memperoleh kasih karunia Tuhan dengan penuh kebingungan. Pertama kali pelepasan yang sebelumnya sungguh kutakuti. Pertama kali belajar berkendara. Bahkan pertama kali kehilangan orang tua setelah ketakutan yang merajaiku 10 tahun lamanya. Dan malam di mana pertama kali aku menerima Kristus 3 Oktober 2013 setelah bertahun-tahun menyangkal-Nya.

Sebenarnya apa yang membuat kita gentar terhadap yang pertama? Sesuatu yang membatasi gerak kita yakni hanyalah ketidaktahuan dan kebiasaan yang belum pernah kita lalui sama sekali. Cuma satu hal itu saja namun terkadang itu yang menjadi masalah dan membawa hal yang besar dalam hidup kita. Namun jika kita tidak pernah mencoba melangkah, kita tidak akan pernah tahu betapa besar kekuatan yang kita miliki.
Seperti persembahan persepuluhan (Imamat 27:30) dan buah sulung (Imamat 23:10) merupakan awal yang sangat sulit. Sebagian dari kita bahkan merasa itu sudah tidak perlu padahal semua itu milik Tuhan dan harus belajar mengembalikan kepada Tuhan.
Namum ketika kali pertama kita bisa melakukannya, kesempatan berikutnya akan lebih mudah lagi. Bahkan di masa mendatang ketika kita mengingatnya, kita bahkan akan menertawakan tingkah kita yang gentar dan beribu alasan lain yang kita pasang agar kita tidak melakukannya.
Namun di luar daripada itu, kita hanya perlu berpegang pada kata "mau belajar" dan kita akan bisa melaluinya. Sesuatu yang pertama akan berubah menjadi sesuatu yang kedua, ketiga, keempat, dan keterusan. Yah, hal baik memang perlu dibiasakan dan buang kebiasaan buruk yang menjadi batu sandungam hidup kita.
Mau belajar mengalahkan kegentaran hal pertama?

Tuhan Yesus memberkati
-----
Lily Zhang

No comments:

Post a Comment